"hyung, aku pusing."
"sakit ya? mau aku panggilkan dokter?"
Ten merutuk dalam hati, kondisinya sudah setengah sadar sekarang akibat obat bius yang ia minum sebelum memasuki ruang operasi.
Ya. hari ini dirinya akan melahirkan, dan karena Ia laki-laki tentu saja tak bisa melahirkan secara normal.
"hyung, aku mual."
"mau aku panggilkan dokter?"
Jika mampu Ten ingin sekali berteriak sekarang. Sungguh suaminya benar-benar tak peka. Apa gugupnya membuat otaknya berjalan lebih lambat, benar-benar menyebalkan.
"tarik nafas, keluarkan."
Ten hanya bisa membuka dan menutup matanya perlahan. Setengah lebih bagian tubuhnya sudah mati rasa sekarang, namun wajah dari sang suami justru terlihat lebih menakutkan. Keringat dingin meluncur dari dahinya, tangan yang menggenggamnya terasa basah karena berkeringat.
"tarik nafas, buang lagi sayang. Aku panggilkan dokter ya??"
ya Tuhan.
...
Mata Ten terasa berat dan dia benar-benar ingin tidur sekarang.
"sayang. kau baik-baik saja? huh?"
"sayang jawab akuuu. jangan hanya mengerutkan dahi seperti itu."
"astaga darah."
"sayang. kau masih bersamaku kan?"
"apa isteriku tak akan kehabisan darah dok?"
"hmm Tuan Taeyong saat ini isteri anda memang sedang terpengaruh obat bius. meskipun terlihat tak sadar tapi saya yakin dia bisa mendengar semuanya, dan darah isteri anda tidak akan habis, kami juga sudah mempersiapkan transfusi darah jika memang diperlukan."
"oh baiklah, maaf dok, aku pasti mengganggu."
"tidak itu hal yang biasa terjadi pada suami yang mendampingi isterinya melahirkan untuk pertama kali. Anda bahkan terlihat lebih gugup dan takut." Terdengar kekehan kecil dari sang dokter.
Sungguh menyebalkan dalam hati Taeyong. bisa-bisanya ditengah operasi besar seperti ini dokter itu masih bisa bercanda. Nyawa isterinya sedang dipertaruhkan disini.
Taeyong melihat benda seperti selang panjang yang masuk ke dalam perut sang isteri dan bergerak perlahan seperti menyedot cairan yang ada didalamnya, sedikit Ia tahu itu yang namanya air ketuban yaitu lapisan yang menjaga bayinya selama ini. Dia juga melihat beberapa benda tajam yang tadi digunakan untuk membedah perut isterinya tak jauh dari tempatnya berdiri. Taeyong bergedik ngeri melihatnya.
Tangannya masih menggenggam erat milik Ten hingga buku jarinya memutih, bisikan demi bisikan Ia berikan pada isterinya yang terlihat seperti sedang tertidur. Ia tak ingin memikirkan kemungkinn terburuk, tapi sungguh melihat darah dimana-mana dan kondisi isterinya yang hampir tak sadarkan diri membuat perutnya juga terasa mual. Tapi Ia harus kuat, demi keluarga kecilnya.
"ya Tuhan itu rambut, kepalanya keluarr dok."
"sayang semangat ya, aku disini."
"astaga dok......"
Ten hanya bisa memejamkan matanya.
...
"selamat ya Tuan Taeyong dan Ten. Anak anda jagoan laki-laki, sangat tampan seperti kedua orang tuanya." Dokter tersebut memberikan bayi merah yang masih menangis itu ke arah Ten untuk melakukan proses skin to skin.
