manis bat itu senyum coeg:v
'grep'
"astaga hyung"
"kau meninggalkanku"
"dan kau mengagetkanku"
"sedang apa uhm?" Taeyong melirik adonan kue yang Ten buat, seperti biasa dapurnya tak akan terlihat 'normal' jika Ten sedang mencoba membuat sesuatu.
"kau lucu sekali apron pink dan rambut dikuncir apel begini"
"huh lepaskan pelukannmu, berat"
Ten berjalan ke arah kompor dan melihat apakah coklat yang ia buat telah leleh sempurna masih dengan Taeyong yang bergelayut dibelakangnya. membuatnya berkali-kali menggerakkan bahunya risih."sekarang mencoba membuat apa?"
"resep kue dari ibu"
"ibu?"
"iya tadi saat kau tertidur aku facetime dengan ibu. katanya akhir minggu ini mereka menginginkan kita untuk berkunjung ke rumah"
"dan?"
"apa?" Ten membentuk adonannya di atas loyang.
"ibu mengatakan apa lagi?"
"ibu merindukanku"
"tch, sebenarnya siapa anak kandungnya. kenapa dia lebih sering menghubunginmu dibandingkan denganku"
"aku yakin dikehidupan selanjutnyapun ibu akan lebih memilihku untuk menjadi anaknya dibandingkam dengan dirimu"
"Tenn!" Taeyong menggigit perpotongan leher putih itu dan mengendusnya.
"ah yah! kau berat. mandi sana"
"mandi bersama?"
"sinting"
"aku mandikan?"
"gila"
"mandikan aku"
Ten menggelengkan kepalanya melihat kelakuan suaminya ini, terhitung dua tahun saat ia resmi menjadi milikknya namun tak ada yang berubah dari suaminya itu. sifat manja dan posesifnya masih sama tak berkurang sedikit pun.
"aku akan bilang pada ibu untuk menghubungiku saja"
"see?"
Bahkan pada ibunya sendiripun ia cemburu.
"kenapa pakai madu?" Taeyong kini duduk didepan counter tingginya menatap Ten dengan bertopang dagu. demi Tuhan setiap hari Ten selalu melihat pemandangan itu tapi kenapa prianya ini masih sangat menawan. hanya dengan kaos putih polos dan celana pendek selutut, rambutnya masih khas bangun tidur tapi tampannya masih tak masuk akal.
"ehm kata ibu akan lebih enak, lagipula kau kan suka yang manis"
"tapi semanis apapun itu, kau masih lebih manis Ten"
"hyung mau Ten tambahkan garam di adonannya?"
"aku akan tetap memakannya meskipun dicampur sianida sekalipun. asal Ten yang memberinya"
"kau overdosis ya?"
"salahmu mengambil seluruh akal sehatku. ah jangan lupa kau juga mengambil ini" Taeyong menunjuk bagian hatinya.
"kau mengambilnya secara paksa dan dengan teganya tak mengembalikan padaku"
"yahhh!! aku bisa diabetes jika berlama-lama denganmu!!"
"ahahah, wajahmu tidak usah merah begitu sayang"
"sial, Lee Taeyong, apa gelar mastermu itu untuk belajar bagaimana cara menggombal?!!"
"dan sebentar lagi aku akan mengambil gelar doktor untuk belajar bagaimana kau bisa membalas rayuanku" Taeyong berteriak melangkahkan kakinya ke arah kamar mereka.
"bersiaplah Lee Ten, aku akan semakin ahli!!"
"apa yang aku pikirkan saat aku mengatakan bersedia ya Tuhan" Ten memasukkan kue yang ia buat dalam oven sambil menggerutu.
'grep'
"jawabannya adalah karena tak ada satupun yang bisa menolak pesonaku"
cupppp
Ten bahkan tidak mendengar suara langkah kaki Taeyong saat berbalik ke arahnya.
"sakit Ten, perutku berbekas karena selalu kau cubit hm"
"apa setiap orang yang sedikit lebih tampan harus se narsis dirimu?"
"haha kau yakin hanya sedikit? aku ralat jawaban dari pernyataan kenapa kau bisa bersedia menikah denganku, ya meskipun jawaban itu benar tak ada satupun yang bisa menolak pesonaku tapi yang paling tepat adalah, karena Chittaphon Leechaiyapornkul adalah takdir Lee Taeyong dan Lee Taeyong adalah takdir Chittaphon Leechaiyapornkul" tak ada yang berbicara karena mereka hanya bertatapan untuk beberapa saat, yang satu dengan tatapan memuja dan yang satu dengan tatapan melelehnya.
muach.
Taeyong menggesekkan hidung mancungnya ke hidung tinggi Ten."bau apa ini?"
"ah Hyungggg!!!"
....
Then i'll be the place you call home
-Ten