"hyung""hyuung"
"hyuuung"
"Taeyongie hyuuuung"
'Sabar, Taeyong sabar'. Aku masih sibuk berkutat dengan layar di ponselku untuk memilih lagu yang ingin ku dengarkan saat suara merajuk itu memanggilku. Seharusnya dia tahu benar saat ini aku sedang tidak ingin diganggu, apa wajah kusut dan aura sedingin ini kurang sebagai kode 'tidak ingin diganggu'
"hyung"
Satu tarikan kecil diheadset membuatku akhirnya menoleh karena lelah mendengar suara memelasnya.
"ada apa?"
"jangan diam sajaaa, bicara dengan Tennie? ne?"
'cih, bicara saja sana dengan hyung baymaxmu' tentu saja aku tak mengatakannya secara langsung melainkan hanya memberi tatapan datar padanya sebagai jawaban.
Aku kembali memasang headset itu ke telinga kiri dan mulai memejamkan mata sambil menyilangkan tangan.
Satu gerakan lagi membuat headset itu kembali terlepas.Kali ini tak ada perlawanan dariku karena aku lebih memilih untuk menatap keluar jendela mobil dibanding melihat sorot matanya.
"Taeyong hyung, tatap Ten.."
Jalan diluar tiba-tiba menjadi lebih indah daripada biasanya, aku tidak pernah menyadari itu sebelumnya.
"hyung marah karena hal tadi?"
Tak ada yang keluar dari bibirku karena aku memang tidak ingin membahasnya. masih sibuk menatap jalanan diluar dan sekilas aku melihat manager hyung menatapku dari kaca didalam mobil dan menggelengkan kepalanya.
"Taeyong?"
'sial, kenapa dia selalu menguji kesabaranku'
Aku menoleh dan memasang wajah terdinginku. Setidaknya menurutku. namun bukan tatapan merasa bersalah yang aku lihat, pemuda dihadapanku justru tersenyum, bisa-bisanya dia tersenyum saat hatiku rasanya panas. tanpa aba-aba bibirku mulai tertarik untuk membalas senyum itu, 'ah tidak' aku menggelengkan kepala perlahan, bahkan aku tidak bisa mengontrol kegunaan bibirku lagi jika melihat senyum luar biasa manisnya itu.
'kau sedang marah Taeyong kau sedang marah' aku mengingatkan diriku sendiri.
"hyung, kau masih kesal dengan apa yang dikatakan Johnny hyung tadi?"
Aku masih tidak ingin menjawabnya.
tangan mungilnya mencoba meraih jemariku, aku tidak ingin melepaskannya jadi ku genggam erat tangannya. masa bodoh walaupun sedang marah tapi aku tak bisa sejengkalpun menolak sentuhannya.Terlihat dari sudut mataku Ten mengambil boneka tenyang barunya yang ia bawa ke depan wajahku dan dapat kurasakan sesuatu yang basah menyentuh pipiku.
Ten mencium pipiku! dibalik bonekanya! darimana kau pikir boneka kecil seperti itu bisa menutupi wajah kita Ten? yasudahlah lagipula manager hyung juga sudah mengerti tentang hubungan kami. jadi aku hanya bisa melihatnya dari kaca mobil yang kali ini ikut tersenyum karena perlakuan Ten.
'kau pikir aku akan semudah itu luluh padamu'
Aku membuka mataku dan menatapnya masih tersenyum lebar dengan barisan gigi putih dan wajah mulus cantiknya. Aku mendengus dan kembali memalingkan wajah untuk menatap keluar jendela.
Bisa tidak sehari saja dia tidak membuat dadaku berdesir hanya karena melihat wajahnya, rasanya sangat tidak adil jika hanya aku saja yang berperang pada diriku sendiri seperti ini.