Stubborn

1K 135 7
                                    


Ten memijit keningnya beberapa kali mencoba mengurangi rasa nyeri yang muncul dikepalanya. Tubuhnya lelah dan punggungnya sudah mati rasa. Sungguh dia belum menyentuh ranjang sejak tiga malam lalu, lingkaran hitam dibawah matanya dapat dengan mudah terlihat.

Terdengar bunyi ketukan sebelum pintu coklat tua itu terbuka dan sosok pemuda masuk ke dalam ruangannya.

"aku tak akan kaget jika kau akan jadi perjaka tua selamanya jika seperti ini terus Ten."

Mata indah Ten beralih dari layar laptopnya ke sosok pemuda yang kini mencoba melihat pemandangan kawasan perkantoran daerah ini dari lantai 30.

"seingatku kau baru akan kembali lusa."

"berharap disambut dengan pelukan hangat dan senyum manis dari tunanganku sendiri sepertinya sangat tidak mungkin."

bullshit.

"aku mempercepat kepulanganku untuk melihat apa sudah ada orang yang berhasil menjatuhkanmu dari posisi itu."

"kau cinta mati padaku ya? sampai satu-satunya cara yang terfikirkan olehmu adalah menjatuhkanku untuk mendapatkan sedikit waktu dan perhatianku."

Taeyong tertawa renyah.

"aku hanya ingin melihat bagaimana kau menangis selain saat berada dibawahku."

kau gila.

"jadi bisa selesaikan basa-basi ini. aku sungguh ingin tidur Ten, dan aku yakin kau butuh itu."

"masih ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, kau bisa tidur disofa."

Taeyong terdiam menatap tunangannya yang kini kembali fokus pada layar datar dihadapannya.

"sialan. aku akan membeli apapun yang sedang kau ingin menangkan."

"lakukan dan aku akan melempar cincin ini dihadapanmu."

Ten tau Taeyong mampu melakukannya dan Taeyongpun tau Ten tak akan ragu dengan ancamannya.

"kau tahu, aku lebih banyak menyesal dibanding bersyukur kenapa harus berakhir bersamamu."

Kalimat itu berhasil mengalihkan pandangan Ten untuk menatap Taeyong yang kini sudah duduk disofa dan memainkan ponselnya.

"kau..bisa mengundurkan diri sekarang Mr.Lee."

"tidak saat aku masih hidup Ten. sepuluh menit aku akan menunggu lebih dari itu kau tahu apa yang akan ku lakukan."

Ten terdiam, terlihat tidak terganggu dengan ancaman Taeyong tapi dalam hatinya sungguh Ia mulai menghitung mundur.






15 menit berlalu saat Jiwoo sekretaris Ten masuk ke dalam ruangan untuk menyampaikan jadwal makan malam bersama kolega, untuk mendapati bosnya tengah tertidur dipelukan tunangannya yang dengan lembut mengelus lembut punggungnya.

"kosongkan jadwalnya hingga satu minggu ke depan."

"t-tapi Tuan Ten"

"besok kami akan menikah"

Mata sekretaris itu terlihat sedikit membulat sebelum kepalanya mengangguk antusias.

"baik Tuan Lee"

Taeyong menatap wajah lelah itu sesaat sebelum mengetuk keningnya sekali hingga membuat Ten bergerak kecil dipelukannya.

"dasar, manusia keras kepala"




Mereka bilang, carilah pasangan hidup yang bisa membuatmu bertengkar setiap hari. Dan Taeyong menemukannya didetik pertama mereka bertemu. Jadi, untuk apa Ia melepas seseorang yang Ia tahu akan menua bersamanya?

***

#backtomytenminutesthinking

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#backtomytenminutesthinking

Perfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang