Ten lupa betapa tampan kekasihnya ini, serba salah karena Ia canggung membawa kekasih jurusan Kedokterannya ini untuk makan di kantin jurusan Performing Artsnya. Ia harus berfikir dua kali lagi sekarang karena membawa Taeyong makan di luar justru lebih parah. Lihat saja sedari tadi ia bisa melihat ada beberapa orang yang selalu menatapnya dan orang di hadapannya ini. Taeyong sendiri masih sibuk meniup tteokpoki untuk diletakkan di mangkuk Ten tanpa memerhatikan sekitarnya.
‘Kyaa’
‘dia romantis sekali’
Lihat kan? Ten bisa mendengar suara gadis-gadis itu mengarah ke arahnya. Membuatnya sedikit menundukkan kepala. Taeyong menatap sekitar kemudian melihat Ten penuh tanya.
“Ten kenapa? Kenapa tidak dimakan? Tteokpokinya masih panas atau terlalu pedas?”
“Ah? Tidak. Ten tidak apa-apa”
“Tadi kau yang ingin sekali makan disini, katanya bosan dengan makanan di kantin jurusanmu, jadi kenapa murung seperti itu?”
Bosan? Yang ada aku tak mau kau jadi ‘makanan segar’ bagi anak jurusanku hyung. Ten heran anak di jurusannya banyak yang cantik dan tampan tapi kenapa kekasihnya ini masih menjadi pusat perhatian dimanapun Ia berada. Jujur saja Ten lelah teman-temannya selalu bertanya apakah Taeyong benar-benar kekasihnya atau seseorang bernama Johnny dari jurusan Arsitektur itu, oke Ten tidak akan memikirkan tentang Johnny lebih jauh lagi karena jawabannya dengan jelas ada didepan matanya. Lee Taeyong dari fakultas Kedokteran ini adalah kekasihnya, baru seminggu mereka bersama secara resmi, meskipun kedekatan mereka sudah terjadi dari awal Ten masuk ke Universitas ini, sekadar informasi saat ini Ten berada di tingkat kedua dan Lee Taeyong berada di tingkat ketiga.
Sambil terdiam mengaduk tteokpoki di mangkuknya Ten jadi berfikir apakah Ia cocok bersanding dengan Taeyong. Apa yang akan Ia lakukan selama berada di kampus ini jika tidak bertemu dengan Taeyong? Apakah ia hanya akan menjadi mahasiswa kupu-kupu?
“Heiii..” cubitan kecil dipipi kirinya membuatnya mendongak dari mangkuk tteokpokinya.
“Katakan padaku apa yang sedang kau pikirkan, jangan bilang tidak karena kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku. Apa hyung berbuat salah?”
Ten membayangkan apa yang ia lakukan di masa lalu untuk mendapatkan sosok pemuda calon dokter dihadapannya ini, yang sekarang wajahnya kurang dari 10 cm dari miliknya.
“Eh..hyung..” Ten mendorong bahu Taeyong menjauh setelah mendengar suara menjerit tertahan dari kumpulan gadis disudut tempat makan ini.
“hm.. apa teman-teman hyung tau tentang hubungan kita?”
Terdengar suara tawa renyah dari Taeyong membuat Ten menatapnya penasaran, mata besarnya mengedip tanpa sadar membuat Taeyong semakin gemas dibuatnya.
“Tentu mereka tahu jika yang kau maksud adalah Yuta dan Doyoung. Memangnya kenapa? Apa seharusnya mereka tak boleh tahu?”
Ten memakan tteokpokinya menghindari tatapan Taeyong yang masih tersenyum padanya.
“Eh tidak, itu terserah hyung”
Taeyong mengulum ibu jarinya dan membersihkan sisa saus yang menempel disudut bibir Ten.‘Kyaahh fffvh’
‘Huh’
“Hyung..” Ten mengulum bibirnya dan menggigitnya kecil.
“kau sengaja kan menyisakannya agar hyung bisa membersihkanya? Sayang sekali kita sekarang ada di tempat umum hm...” Taeyong berbisik ditelinga kanan Ten membuatnya sedikit berjengit karena kegelian.
“ouch..” Taeyong meringis karena Ten menendang betisnya di bawah meja.
“Kenapa bertanya seperti itu?” raut wajah Taeyong berubah menjaid sedikit serius. “Apa Ten malu punya pacar seperti hyung?”