Matahari hampir terbenam saat terlihat sesosok pemuda yang duduk sendiri di halte bus tak jauh dari sekolahnya.Pemuda itu sibuk mengamati hujan rintik yang jatuh ke bumi selama hampir tiga puluh menit lamanya.
hujan
Ia benci hujan, basah, kotor, dan membuat orang membutuhkan persiapan untuk berada dibawahnya. biasanya juga disertai awan mendung yang gelap dan petir yang menyambar. sungguh bukan satu hal yang ia sukai. sungguh berbeda jika ia membandingkan dengan musim semi favoritnya. semenjak ia pindah ke negara ini tubuhnya dipaksa untuk dapat beradaptasi dengan semuanya dan musim dingin seperti inilah yang paling tak disukainya.
Ia melihat ada sosok pemuda lain yang berlarian kecil dari arah sekolahnya dengan menggunakan jaket diatas kepalanya.
'apa aku bilang, hujan itu memang menyusahkan' batinnya.
Bus yang seharusnya datang tepat waktupun pasti terkena macet dijalan karena mungkin ada beberapa jalan yang kini mulai tergenang.
Ia menoleh ke suara jejak kaki tadi yang kini mungkin hanya berjarak kurang dari dua meter dari tempat dimana ia duduk. ia tak ingin menilai tapi kepalanya secara otomatis memerintahkan untuk melihat dengan jelas siapa orang itu, ia membetulkan letak kacamata coklat yang bertengger dihidung mancungnya. merasa ditatap pemuda itu menoleh kearahnya dan seperti pencuri tertangkap mencuri ia menoleh dengan cepat dan melihat ke arah jam tangannya yang telah menunjukan pukul 05.15. ia menghela nafas karena bus yang akan ia tumpangi adalah yang terakhir yang menuju daerah rumahnya, jika ia tak menaiki bus ini ia harus transit dibeberapa halte dan akan memakan waktu yang lebih lama lagi.
Taeyong.
Ia mengenali sosok pemuda itu. satu tahun diatasnya. termasuk salah satu pria paling populer di sekolahnya. dibanding dengan Ten yang seperti kasat mata. selain nilai yang bisa ia tonjolkan tak ada lagi yang dapat membuatnya diingat oleh orang.
Kepalanya terangkat bermaksud untuk melihat ke arah hujan yang masih setia turun dan mengarahkan kepalanya ke ujung jalan. kosong. bus itu juga belum tiba. tak disangka matanya kembali bertemu dengan pemuda itu, Taeyong terlalu populer sampai membuat Ten berfikir tidakkah ia membawa mobil yang biasanya ia tumpangi. Ten bukan mencari tahu tapi teman perempuan dikelasnya dan bahkan laki-laki tak berhenti membicarakannya. mengatakan seorang Lee Taeyong yang ayahnya juga pemilik dari sekolahnya merupakan seorang yang hampir sempurna. Ten hanya menatapnya dari jauh karena hidupnya terlalu rumit jika ditambah dengan informasi yang baginya tak penting.
Mata besar itu menatapnya sekilas sebelum beralih ke tasnya untuk mencari sesuatu.
Ten juga mengalihkan perhatiannya sampai sebuah mobil sedan hitam yang berhenti tepat didepan Taeyong. satu orang dengan pakaian seragam serba hitam turun dari kursi supir, memutar dan membukakan pintu untuknya. Ten menunduk mencoba tak terkesan memerhatikan meskipun ia mati-matian berusaha melihat dari sudut matanya.Tentu saja hidupnya sudah pasti seperti putera kerajaan jika Ten menganalogikan.
Mobil hitam metalik itu memantulkan seseorang yang masih berdiri ditempatnya meskipun sang supir telah membuka pintu untuknya. ia mendongak dan sedikit tertegun saat Taeyong juga menatapnya, bibirnya seperti akam mengatakan sesuatu namun ditahan, raut wajahnya dingin dan terkesan misterius, Ten pasti akan memasukkannya dalam daftar seseorang yang tak boleh dekat dengannya.
Ten masih terdiam saat sekilas ia melihat sudut bibir itu tertarik seperti mengulas senyum, ia bisa melihat bahkan sang supirpun sedikit melebarkan mata saat melihatnya. lalu Taeyong melangkah masuk ke dalam mobil meninggalkan Ten kembali sendirian. saat pandangannya mengedar, ia melihat payung coklat yang terletak diujung bangku yang dengan sangat yakin Ten tak pernah melihatnya hampir satu jam ia duduk disini. tiba-tiba hatinya menghangat, hawa hujan yang dingin berubah dalam sekejap.
Suara klakson bus dihadapannya menyadarkan dirinya dari lamunannya. ia bergegas berdiri,ragu untuk membawa payung tersebut atau tidak namun pada akhirnya ia berfikir mungkin mengembalikkannya membuatnya dapat terlihat lebih sopan.
'Taeyongie XII-A'
Dapat ia lihat ada secarik kertas yang ada diatas payung itu bertuliskan nama pemiliknya. ia bahkan tak tahu kapan seniornya itu menuliskan dan meletakkannya.
'kurasa tak masalah menghapusnya dari daftar orang yang tak boleh dekat denganku'
Baru kali ini baginya menunggu hujan terasa tak begitu membosankan.
...
why so perfvk Lee Taeyong?
and why so cute Ten?!