"kau tahu apa yang membuatku memilihmu?"
Suatu malam dibawah terangnya bulan menghiasi langit, dengan jutaan bintang yang ditabur diangkasa. Tangan hangatnya menyentuh tempat nadiku berdenyut dengan lembut.
Aku menghirup aroma yang menguar dari sela rambut hitam legamnya sambil sesekali menggesekkan hidungku ditelinga berpiercing miliknya.
"awh"
Dia merasa ku abaikan, aku tahu itu.
Aku menggeleng perlahan menghirup sekali lagi surai dengan aroma apel itu.
"karena kau adalah aku."
"hm?" atensiku beralih pada mata indah dan bibir tipisnya yang masih menggumamkan sesuatu. Tangan halus dengan jari lentik itu masih mencubit kecil urat nadiku, entah apa yang menarik tapi dia bilang itu adalah hal favoritnya dari bagian tubuhku. Sedikit aneh tapi segala tentangnya memang tidak normal, sepertiku yang selalu jatuh hati pada senyumnya. Indah nan memabukkan. Sungguh terdengar berlebihan tapi sesuatu dalam diriku masih berdesir melihat sudut bibir itu tertarik dengan kedua mata yang membentuk bulan sabit sempurna.
Ya Tuhan membayangkan saja aku masih jatuh hati lagi padanya.
Dia bergerak mencari posisi yang lebih nyaman dihadapanku, tangannya kini mulai dingin karena suhu yang semakin turun.
'ah, sampai dimana tadi?'
"dan bisa kau jelaskan apa maksud dari jawabanmu tuan Yongqin?"
"kita saling melengkapi."
Terdapat jeda sebelum Ia mengeluarkan kalimat selanjutnya.
"kau memeluk kekuranganku dan tidak menunjukkan kelebihanku.
Aku suka."Aku tersenyum, secara otomatis mengeratkan pelukanku pada tubuh mungilnya. Dia tak pandai berkata, begitupun denganku. Seperti saling berkaca namun saling melengkapi. Banyak hal yang tak tersampaikan oleh kata namun kami dapat berkomunikasi lewat binar mata.
"you can always find a bad things on the good side and the good things on the bad side. Aku selalu berterimakasih pada ibu dan ayah karena telah membesarkan lelaki hebat sepertimu."
"ugh, Sicheng aku merinding."
"biarkan untuk sekali ini aku mengatakannya padamu langsung."
"terimakasih telah hadir dan menetap. Terimakasih karena telah memilihku sedangkan aku tahu dengan pasti seperti apa dirimu sebelum bertemu denganku, mereka jauh, jauh lebih dariku."
Mata indahnya menatapku, usapan halusnya pada nadiku berhenti. Aku tersenyum mengecup hidungnya lembut. Dia tersenyum manis sekali. Sungguh, tak usah kau bayangkan karena hanya aku yang bisa melihatnya sekarang.
Masih banyak yang ingin aku katakan secara langsung padanya tapi kupikir kami masih punya banyak waktu?
Bukankah begitu?
Bahagia.
Semoga semua orang berkesempatan untuk mendapatkannya.
-dariku, yang selalu terpesona oleh senyumnya.
...
halaaa!
kalo lg iseng bikin oneshot wayv kaya gini, mending dibikin diwork baru atau lanjut inikah?