my fifteen minutes random thought.
Taeyong dan Ten sebuah nama yang seperti ditakdirkan untuk satu sama lain. Berawal dari perpindahan salah satu diantara keduanya yang membuat mereka dekat bak sepasang sepatu selalu bersama. Saat beranjak dewasa mereka tahu ada sesuatu berbeda yang tumbuh diantara keduanya. Ditahun ketiga, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan, kata cinta jarang terucap karena mereka lebih sering menunjukkan melalui apa yang mereka lakukan.
Ditahun kedua, mereka memutuskan untuk bertunangan. bahagia. tentu saja. namun ternyata tuntutan pekerjaan memisahkan mereka. Taeyong yang ternyata naik pangkat menjadi manager bagian pemasaran diperusahaannya harus pindah tugas jika Ia menginginkan kenaikan jabatan tersebut. Ten yang menjadi fotografer juga menjadi guru dibeberapa kelas melukis merelakannya. Demi masa depan mereka tentu saja.
Siapa sangka karena ketekunannya setahun setelah kenaikan jabatan Taeyong Ia kembali mendapat promosi untuk memegang posisi menjadi head officer. tentu saja ini menjadi kebahagiaan bagi keduanya. mereka telah cukup umur tentu saja untuk melangsungkan ke jenjang yang lebih serius. namun intensitas pertemuan mereka yang tadinya rutin memang berkurang semenjak jabatan baru yang dipegang Taeyong. Ten juga kini membuka kelas melukis sendiri membuatnya juga cukup sibuk. ditahun kedua Taeyong mendapat jabatan barunya Ia jarang menghubungi Ten, 3 kali dalam sehari menjadi 3 kali dalam seminggu dan 3 kali dalam dua minggu. Ten tak ambil pusing, sesabar itu. Ia tahu Taeyongnya sibuk. pernah satu waktu ia pergi mengunjungi apartemen Taeyong namun ternyata Taeyong sedang berada diluar kota untuk tugasnya. Ia tak tahu. Taeyong tak memberitahunya. Ia kembali ke Seoul mengendarai mobilnya menempuh 3 jam perjalanan dengan sia-sia.
Ia hanya bisa meninggalkan masakan buatannya dimeja makan, mencuci baju kotor yang ternyata Taeyong tinggalkan juga membersihkan apartemennya yang ternyata juga sedikit berantakan. Ten tak yakin kapan terakhir Taeyong pulang ke apartemennya mengingat dia yang sangat rapi dan bersih. Ia menempelkan post it berisi kata semangat dan hangatkan makanan jika sudah tiba mengakhiri kunjungannya ke apartemen kekasihnya.kekasih? benarkah Ten kekasih Taeyong? tapi bukankah mereka telah bertunangan?
Ten tersenyum puas melihat apartemennya yang kini sudah terlihat lebih baik, makanan dikulkas juga sudah ia isi.
Hujan deras mengantarkan kepergiannya. tepat saat Ia keluar dari pintu apartemennya ada gadis dengan sweater biru lautnya sedang membuang sampah. Ia membungkukkan punggungnya secara otomatis sambil tersenyum membuat gadis itu juga tersenyum kikuk. rambut hitam panjangnya dan poninya sedikit menutupi wajahnya.
Ia menekan tombol lift dan hampir melewatkan bagaimana tatapan gadis itu dari balik pintu lift yang tertutup.Malamnya Taeyong menghubungi Ten mengatakan kenapa tidak mengabari jika ingin kerumah, dan Ia berterimakasih karena telah membersihkan apartemennya. Ia berjanji akan berkunjung ke Seoul jika ada waktu. Ten hanya bisa mengangguk meskipun orang diseberang tidak bisa melihatnya. Ia sudah berhenti menghitung berapa kali Taeyong telah berjanji.
Ia kembali memusatkan perhatiannya pada seseorang yang menatapnya sendu.. sebelum pandangannya beralih ke layar laptop dimeja, berusaha memusatkan perhatiannya pada apapun yang sebelumnya Ia kerjakan bersama dengan Johnny rekan kerjanya, seseorang yang juga pernah melamarnya."maafkan aku tidak fokus". dan Johnny hanya tersenyum. manis sekali.
Dunia serasa runtuh saat suatu siang Ia menelfon Taeyong dan suara wanita yang mengangkatnya, Ia terdengar sedang tertidur dan merasa sangat terganggu dengan panggilan tersebut. Ia bahkan mungkin tidak sadar jika ponsel Taeyonglah yang sedang dipegangnya.
'aku sedang tidur karena sangat lelah dan jangan mengangguku brengsek.'
Dia butuh penjelasan.