kuramaikan sepi malam
mencari diriku yang sebenarnya
pada bintang-bintang;
pada gelap-terang yang diperebutkan;
pada panas-dingin yang digunjingkan;
pada bumi yang santer diperdebatkan.sempat terngiang di pikiran
kau hujat apa saja yang kulakukan
katamu:
aku begitu fasih dalam kesendirian
aku terlampau bodoh mengharap ketidakpastianapa kau yakin pada ketidakpastian yang kau gubriskan?
apa kau yakin ketidakpastian yang kau sebut ialah suatu kepastian?
apa kau yakin, menghabiskan waktuku di sesaknya keramaian akan mengalihkanku dari kesunyian?ah sudahlah!
nona, kau tak tahu seberapa sering kuhembuskan asap yang kau bilang mematikan itu
seberapa sering kuseruput kopi hangatku di tengah-tengah keramaian
dan aku?
aku masih saja sendiri
aku makin betah menyepikemarilah dulu
kita berbincang (lagi) perihal rindu yang dulu
kita berbicara perihal manusia-manusia yang gemar bersandiwara
juga jerembap duniawi yang menyuguhkan kenikmatan sementara nan fana
untukku agar tak terlihat bodoh di benakmuRilloPaduppai
Makassar, September-2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoetrySang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...