Desiran sepi pada detik-detik akhir menuju tengah malam. Babak yang tak lagi baru bagi mereka yang gemar berada dalam keheningan.
Menikmati kesendirian di balik kokohnya pendirian; dengan sendiri kita bisa jadi apa saja. Gundah kunikmati. Malam menghamipiriku dengan sepi yang kesekian kali. Tak beda jauh dengan sunyi yang lalu-lain.
Kekerasan kepalaku kian menonjol, sesekali berontak. Memohon agar turut dinyatakan.
Tak semudah itu, katamu. Keterus-terangan tak lagi jadi arti. Gelagatmu terngiang, menari-nari dalam imaji perihal ketidaksanggupanku. Perihal aku dan kamu yang dijauhkan apati.
Kedinginanmu, memaksaku berlutut. Menekuk segala harapan menjadikan kesia-siaan. Menepis pandangan perihal sederhananya sebuah kebahagiaan.
RilloPaduppai
Gowa, Mei23-17

KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PuisiSang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...