/1/
Kau di mana, bahagia bukan, Tengadah di balik lakon orang-orang berhura aku tak sendiri, iya 'kan? Kau di mana, tunggu, tunggu dulu.
Kautengok wanita yang di ujung itu, acuh pada nyata yang merobek kesunyian malamnya. Asyik memberi makan imajinasinya, bersenandung irama seperti bersama. Kau di mana, nona.
Malam ini riuh, sungguh. Bukan tentang kedai kopinya, bukan juga tentang sabtu malamnya. Tunggu, kau di mana?
/2/
Seharusnya dirimu berbaur, kukira kau meriuh Bukan, aku apatis? Boleh tertawa kan? Berbatang-batang rokok tersisa puntungnya, berkebul-kebul asap menari di tengah-tengah lantunan lagu itu. Ah syahdu, ke mari, sini.
Kau ke mana? Temaniku beribadah, sesapi kopi.
RilloPaduppai
Parepare, Desember23-17
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoesíaSang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...