Puan, jika lelah pulanglah. Aku tak akan memintamu membawakan hadiah. Aku juga takkan membiarkanmu pergi lagi nantinya. Aku hanya berharap agar kau tahu jalan pulang ke sini, padaku.
Sudah kusiapkan matang-matang. Untuk menyambut hari keberpulanganmu. Hari di mana senyum kembali terlihat di wajahku, melipat masam yang selama ini melekat sangat erat.
Kali ini aku tidak main-main. Aku akan mandi lebih lama dari biasanya. Aku akan memakai pengharum ruangan untuk menghindarkanmu dari debu kendaraan di luar sana. Akan kubersihkan sisa-sisa puntung rokokku yang sedari malam kian menggunung. Akan kuceritakan sekisah tentangku yang menantimu selama ini, sehabis makan malam. Akan kuseduhkan secangkir kopi untukmu juga, setelahnya. Pulanglah!
Jika kau sempat membaca surat ini. Sampaikan pada Tuan yang menjagamu akhir-akhir ini. Katakan bahwa ia mendapati salam dari orang yang menyadarkanmu tentang arti sebuah kasih sayang. Sampaikan terimakasihku padanya kar'na telah membantuku menjagaimu.
Untukmu Puan
Di Entah Berantah
RilloPaduppai
Makassar, November 2-17
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoetrySang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...