Berlagak paling benar akan segala
Lejit egosentri memanasi isi kepala
Ketidakmungkinan menyandarkan sadarku tetiba
Selisih benar dan salah terasa ambigu
Maafkan akuDi hening sunyi puncak purnama
Redup cahayamu terasa fana
Kau kuhampiri seperti malu-malu
Resah akan racunmu yang mengataiku pengganggu
Lagi, maafkan akuSekata harap yang kini mencercah
Lukaku menganga semakin parah
Kaulah satu pengantar gelisah
Tak ada daya, rasaku tersandung pada orang yang salah
Sayangku rebah pada waktu yang tak ramah
Hatiku terlanjur rapuh kau bedah
Masih, maafkan akuKini mulai kurasa penat
Senyummu kini tak lagi memikat
Bayangmu tak lagi sekadar hinggap
Ia hidup dan makin memadat
Aku cinta tapi kau sayat-sayat
Aku benci tapi tak sedikitpun beranjak
Selalu, maafkan akuRilloPaduppai
Makassar, November15-17
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoetrySang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...