/1/
Berlarian jatuh bangun
Mengejar yang tak tercapai
Merayakan ketidaksampaian
Bosan rasanya
Menerka dan dicampakkan berulang kali
Terulang lagi hingga nanti bosan lagi
Menengadah dalam hening
Sesekali mencipta geming
Ketiadaan
KetidakadaanAku mencarimu lagi
Aku meraihmu nanti
Apa lagi setelah ini
/2/Perlahan aku berdiam
“akankah kau berhenti berlari?”
Sekadar meregangkan kaki
Sekata meneguk sisa-sisa
Semangatmu yang berapiSeakan kau semakin gemar
Mengoyak-koyak impianku
Meliangkan harapku di kakimu
Di liang yang satu
Kau jasadkan bahagiaku
“Mati kau!!!” Katamu
Mati kau seperti tak pernah hidup
Sama sekali/3/
Aku menyepikan bahagiaku
Terlanjur jauh menyoroti yang tak mengingini sinar itu
Aku salah sepertinyaSungguh sumringah
Hidupku dikacaukan sebuah harapan;memilikimu ialah
Ketidakpantasan
Bukan?/4/
Seperti ungkapan itu
“Ada dan tiada—itulah soalnya” Aku begitu termangu
Meratapi kebahagiaanmu itu salah
Mengharapmu selalu tak lagi benarAkan kulakukan sendiri
Usah menggurui, biar kujalani saja:Akan kuliangkan harapanku yang dulu padamu
Akan kujasadkan bahagiaku yang dulu karenamu
Akan kukikis luka-luka itu menjadi benih kebahagiaan yang baru
Tak ada kamu
Tanpamu dan hanya ada akuRilloPaduppai
Makassar, 30-10-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PuisiSang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...