Kekasih, orang-orang sibuk mencari perteduhan, akupun begitu. Hujan tetiba riuh, tanpa tanda akan datang, tanpa gerimis sebagai pengundang. Aku berteduh di depan teras restoran cepat saji tempat kita bersua saat itu, bersamaan dengan dua bocah pemulung yang juga menunggu hujan reda. Mereka tampak begitu kelelahan, menyusuri jalan-jalan dari siang hingga petang. Ada salah satu dari mereka yang memiliki harapan untuk menjadi seorang polisi, ia mengelus-elus matanya saat kutanyakan perihal apa yang akan ia lakukan untuk meraih cita-citanya itu.
"Mungkin saja belajar, aku benar-benar tak akan malu jika melakukan hal-hal seperti ini, Kak."
Katanya, ia tersenyum, sesekali membalikkan pandangannya dariku.Semangat, Dik. Kejar cita-citamu itu. Jangan mau kalah dengan mereka yang berpunya, semoga kesuksesan bisa menyertaimu dan nantinya bisa mengajarkanmu tentang apa yang telah kau lalui sebelumnya dan panjang umur. Pesanku sebelum mereka berpamit dan kusegerakan untuk pulang juga.
RilloPaduppai
Makassar, Januari21-18
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoetrySang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...