/1/
Sepi kian berbisik melamuniku tercekik sunyi
Menyambar isi kepala menjadikan mimpi tertuang manis di cangkir kopi setengah terisi
Jemari menari memaparkan resahku yang sedikitpun tak bisa berlari--Meregangkan diri
Menetralkan posisi
Mengobati perih/2/
Pada angin malam kumohon 'tuk pulangkan sepi
Hingga pagi nampak lelah masih saja nihil suatu pastiHei...
Hei kamu...
Kepastian mati tak berarti jika memang tak kau indahi
Hingga matahari mengulur pagi
Nihil akan elegi
Tak ada yang berseri-seri/3/
Bersama angan yang menggambarkan dirimu
Kuruangkan kesah yang tak lagi tentang harapku
Hanya kau dan aku berada di berbeda pintu
Hanya untuk kau dan aku dalam haruRilloPaduppai
Makassar, November3-17
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PuisiSang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...