/1/
Sehening soreku hari ini
Memporak-porandai diri sendiri
Selalu saja seperti ituDaun-daun berguguran layu
Manusia-manusia kecil kembali ke peraduan
Suara ketuk pintu buyarkan penantian
Senja tak henti-hentinya bercakap perihal keberpulangan/2/
Kadang aku iri pada mereka
Yang hidup dengan bermacam tujuanSeakan tersihir bait-bait puisi pesimistis zaman barok
Makin hari menjadikanku semakin keok
Mengenang, mengharap, meratap, ah!!
Asa membaur dalam kalimat tak bermutu
Harap melaju derap-derap syair menungguMasih begitu
Dan akan selalu seperti itu/3/
Kini malam bertanda dalam penantian
Kembali dalam wujud-wujud kesendirianHening;
Sunyi;
Tetiba mati!!!
Tak bersisa
Sepatah kata tak sempurna
Aku t'lah tiadaSemakin membiru
Hidupku menguat dalam angan
Melayang menuju puncak berawan
Lalu hilang, ataukah mati?Aku tak pernah ada
RilloPaduppai
Samata, Akhir Bulan Oktober.

KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoetrySang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...