/1/
Telah kupahami satu kebenaran
Kita hanyalah dua yang salah paham
Terkapar dalam ruang kecil bernama keresahan
Berpagar kesedihan terus-terusan berulangTelah kupahami
Akulah yang paling mengerti
Bahwa sekalipun kau tak beralibi
Sedikitpun tak mengasihani
Seperti tak hidup tapi tak juga mati/2/
Memang aku tak waras
Terlalu sayang menjadikanku beringas
Beringas membuatku makin tak selaras
Hati dan logika bergejolak meluas/3/
Maaf sepertinya tak ada guna
Bagi pria yang mencintaimu terbata-bata
Aku hanya bisa melaknat realita
Meredam suara dan tak membabi butaTak ada yang lebih kumaui ketimbang hatimu
Tak ada yang lebih ingin kudengar selain suara ketuk pintu darimu
Tak ada yang lebih kusadari selain bodohku
Tak ada yang benar-benar nyata tanpa hadirmuDi sini
Dalam ruang perkenalan pertama kita
Yang menampung kita saat diluluh-lantahkan romansa/4/
Pada akhirnya aku setengah mengharap
Di sepertiga malam kuucap
Puja-puji untukmu dalam senyapSaat katung mata memaksa terlelap
Aku masih mengharap
Memaksa imajinasi berderap
Melakoni drama untuk kita yang belum genapRilloPaduppai
Makassar, November4-17
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoetrySang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...