/1/
Ada manusia yang paling ingin aku peluk tapi aku malu Suara Iksan memulai lagu selepas dialog pemeran kedua orang tua. Kau tahu aku begitu sangat menyukainya, semampang arah waktu membawa kita ke alam itu-- di mana kita memandangi kesombongan matahari memancarkan jingganya, semarak, diarak gelombang pantai dan unggas-unggas laut. Aku terdiam memikirkan, rupa-rupamu di sana.
/2/
Aku menjelma manusia yang paling menyibukimu setelahnya; Sedang apa? Bersama siapa? Sudikah lengangkan waktu? Tidak. Tidak seperti itu. Lalu bagaimana dengan kita yang belum terlalu jauh? Entah. Burung-burung tak mengabarkan berita selepas senja. Aku sibuk berangan, menantimu di selasar untuk memberi hati. Malamku mungkin gelisah, tak mengapa. Ke mana raharja? Aku baik-baik saja, semoga selalu.
Aku baik-baik saja untukmu.
RilloPaduppai
Makassar, Desember29-17
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoesíaSang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...