Ah. Sial, Mengapa kau begitu jemawa? Mereka sibuk bercinta di dunia maya, lupa akan rindu yang ia kata tempo hari, barangkali. Menyilangkan kaki-kaki sedang rindu tak tersentuh di atas meja. Sudahi, mereka bukan urusanmu, aku kau taruh di mana nantinya, dasar! Pikirmu aku 'kan berhenti, tentu saja, kau tetap ada di antara mereka-mereka yang kuselingi sebelum dirimu.
Perempuan itu murung, lelakinya sibuk mengutak-atik telepon genggamnya sesekali mencipta senyum, kurang ajar. Lantas ke mana rindu itu ia titipkan? Ah, peradaban menyiutkan makna romantisme, sepertinya.
RilloPaduppai
Parepare, Desember25-17
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoetrySang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...