Aku tak mengenali diriku tanpamu. Aku tak paham arti diriku tanpa naungmu temaniku. Aku hanya ingin kau tahu, rindu menamparku keras dan berulang kali.
Suatu sore di tengah kabut, aku memikirkanmu begitu kalut. Aku memimpikanmu meracik tawa di bibirku sedikit-sedikit.
Lalu-lalang kendaraan tak sedikitpun terdengar. Bising knalpot racing tak sedikitpun mengganggu kurasa. Hanya ada kau. Terdengar dan tertinggal di telinga; terbayang dan tetap tinggal di kepala.
Aku hanya rindu, begitu dan itu saja.
RilloPaduppai
Makassar, February15-18
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI & EKSPEKTASI
PoesíaSang Imajiner tak pernah benar-benar ada. Ia tak hidup dalam apa yang manusia sebut realita. Betah berlama-lama dalam lubang pengharapan. Mengais kepeduliannya dalam mimpi-mimpi. Begitu nyata dalam sebuah paralelisasi. Begitu rajin menampakkan delus...