BF10

28.9K 4.5K 201
                                    

Vote dulu^^

Dara's POV.

"Kenalin tante, aku Zadara, Park Zadara." Ucap gue sambil mengulurkan tangan ke Mama Dio tapi seperti yang sudah gue duga, tangan gue diabaikan.

Gue yang berdiri tepat di samping Dio hanya mampu mencengkram ujung baju Dio dengan kencang. Pengen nangis aja gue dicuekin sama mertua segininya.

"Kamu pacarnya Dio yah?" Tanya papa Dio dengan senyuman yang merekah di pipinya.

Well, setidaknya masih ada satu di antara dua orang yang memiliki kepribadian sama yang memberikan gue senyuman.

"I-iya om." Jawab gue malu-malu anjing.

Keluarga Dio ini benar-benar mirip seperti Dio, sama-sama suka to the point dan pendiem(?)

"Dio kamu jaga yah si Zadara ini.." Kata Papa Dio dan Dio hanya mengangguk.

Gitu doang?

Yah setidaknya gue merasa kalo Papa Dio ini orangnya welcome dan easy going, gak mikirin anaknya mesti sama siapa, apalagi gue yang perawakan gembel begini.

Tapi beda dengan Mama Dio yang sedari tadi menatap gue gak suka, ini Mama nya kenapa sih? Please, someone tell me gue harus apa :"

"Kamu udah makan, sayang?" Tanya mama Dio yang pastinya ke Dio.

"Belum. Ini mau makan. Ayo." Ajak Dio kemudian menarik tangan gue pergi dari hadapan Mama Papa nya.

Gue membungkuk kemudian pergi.

Hhh. Untunglah gue gak makan bareng mereka, bakal jadi apa gue kalo makan bareng Mama Dio? Gue gak bisa membayangkan kalo muka gue kena siram air karna saking gak suka nya beliau sama gue.

"Makanannya gak enak?."Tanya Dio yang memecah lamunan gue tentang Mamanya.

"Enak kok."

"Kenapa diliatin aja? Makan."

"Iya.." Jawab gue lemes.

Anjir, gue masih kepikiran soal Mama nya loh. Gue tuh orangnya emang pekaan dan kepikiran banget. Gue sadar kalo Mama Dio tuh gak suka sama kehadiran gue bareng anak kesayangannya ini.

Dengan perasaan yang berkecamuk gue mencoba menyuapkan sesendok nasi ke mulut gue.

"Ini yang masak Mama kamu yah, yo?" Tanya gue ke Dio yang lagi serius makan sambil mengunyah 32 kali.

"Iyalah. Masa Papa yang masak, kamu tuh kalo nanya yang logis dikit, Dara.." Jawab Dio yang bikin gue cengo.

"Ya kali aja Papa kamu bisa masak yo." Balas gue.

Gue nanya baik baik anjir.

Tapi yah.. as you know, gue udah biasa sama kelakuan Dio yang badass itu. Dia emang selalu gitu dan pada akhirnya gue yang salah.

Setelah itu gue makan dalam diem dengan mulut yang gatal banget pengen ngomong. Gue gak pernah gak ngomong lebih dari semenit. Gue gak tahan anjir.

"Udah. Aku mau pulang." Kata gue kemudian meminum segelas air yang ada di hadapan gue.

"Habisin dulu makanannya." Jawab Dio.

"Aku kenyang.."

"Kenyang apa makannya dua sendok doang?"

"..."

Gue diem aja, males berdebat sumpah. Gue capek 7 bulan pacaran kerjanya debat mulu. Boleh gak sih gue minta putus sekarang?

Etapi jangan, gue sayang sama dia.

Gue dengar Dio menghela napas berat dan melihat ke gue dengan tatapan yang susah banget gue artiin, kayak teori MV Monster nya EXO.

"Ayo." Ajak Dio.

"Kemana?"

"Kamarku." Jawabnya yang lagi-lagi buat gue cengo.

Ini Dio gak niat jebolin gue kan karna dia kesel tadi gue minta putus sama dia?

"Nggak, udah jangan mikir yang nggak nggak, Dara.."

Hhh.

Syukurlah.

Gue sekarang yakin kalau Dio bener-bener bisa membaca seluruh isi pikiran gue.

Setelahnya gue dibawa Dio naik ke lantai dua lalu Dio membuka pintu berwarna putih yang elegan banget. Pas gue masuk...

Gue tercengang.

Ini kamarnya seperti kamar gadis, rapi banget anjir.

"Wow." Ucap gue spontan karna melihat isi kamar Dio yang rapi banget dan dipenuhi dengan warna putih.

Buku-buku berjejer rapi dan semua isi kamarnya rapi. He is so perfectionist.

Pas gue liat tempat tidur, gue berjalan dengan cepat ke sana lalu membaringkan badan gue yang pegel banget entah karna apa.

Dio yang melihat gue hanya bisa geleng-geleng kepala karna dia tau, gue kalo udah ketemu ranjang bawaannya pasti pengen tidur dan menggesek-gesekan kaki gue ke bedcover tempat tidur.

Dio tau kok semua kebiasaan gue. Namanya juga pacar, yekan.

Gue berbaring dengan tenang sampai gue rasa Dio juga berbaring di tempat tidur ini. Pas gue liat ternyata dia gak berbaring melainkan duduk dan bersandar di dinding ranjang sambil baca buku as always.

"Dio.." Panggil gue.

Dio menoleh ke arah gue.

Ya Tuhan, gue gak kuat kalo liat muka Dio gini. Dia makin tampan saat diliat dengan hati yang baper gini HUAH

"Kamu sayang gak sih sama aku?" Tanya gue ke Dio dengan spontan.

"Kenapa nanya gitu?"

"Jawab aja gak bisa?"

"Kamu kan udah tau jawabannya."

"Aku gak tau.."

"Jadi kamu gak tau kalo selama ini aku sayang sama kamu?"

Gue diem bentar.

"Yo.. ngomong kamu sayang sama aku aja, sesulit ini kah?" Tanya gue lirih dan gue liat Dio mengusap wajahnya kasar.

Dio beralih menatap gue dan menyimpan bukunya. Niceu.

"Dara, aku harus ngomong gimana? Apa kurang semua tindakan aku untuk menyatakan kalau aku sayang banget sama kamu?" Tanya Dio dengan suara lembutnya.

Die aja gue mah.

"Aku pengen kamu ngomong, Dio.." Jawab gue dengan suara yang sedang menahan tangis.

"Dara.. even I don't tell you, I act that I love you." Jawabnya setelah itu membawa gue ke dalam pelukannya.

Gue terdiam.

Benar kata Dio, walaupun dia gak ngomong. Dia selalu bertindak untuk menunjukan rasa sayangnya ke gue.

"Maafin aku, yo.." Mohon gue.

"Gak, kamu harus dihukum."

WHAT?!

Tbc.

Next?
Ceye🤍

BOYFRIEND;DKS [Re-Publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang