"Hampir setiap hari ya disini,"
Suga, tumpu dagu sama tangannya yang ada diatas meja. Berhadapan duduk sama Jimin. Bisa dibilang jackpot gak nih?
Jimin senyum sekilas, "Dingin diluar. Tempatnya juga deket,"
"Deket sama?"
"Tempat kursus,"
Oh, reaksi yang biasa. Kemudian hening lagi, Jimin fokus sama mocha. Lumayan dingin suasana diluar, apalagi menuju musim salju.
"Kursus apa?"
"Lukis. Ada forumnya di samping kanan market."
"Melukis? Lo bisa?"
"Sedikit."
Suga sedikit ber-oh lagi sambil angguk puas. Lirik kamera yang ada diatas meja. Sebenarnya dia mau tanya banyak.
Banyak sekali."Kenapa pilih rambut biru?"
Jimin beralih tanya sambil sruput americano dari mug putih. Tatapannya intens, dan disini Suga mengedikkan bahu.
"Entah,"
"Rambut asli?"
"Retorik. Oriental rambut hitam legam."
Jimin reflek ketawa kecil, "Siapa tau, rambutmu bagus."
"Terima kasih,"
"Dan, betah juga ya. Suga disini hampir lebih dari satu jam."
sadar, Suga sedikit mengalihkan pandangan. Lalu beranjak bangun. "Satu jam istirahat. Sana pulang,"
"Wah, kena usir nih."
"Iya, aku usir."
Bahkan aku aku,
"Yaya, sepuluh menit lagi."
Dan Suga melenggang pergi, sebelumnya mendecih sekilas. Dan punggung sempit seorang Suga dapat satu shoot lagi di kamera Park Jimin.
;
"Masih disini?"
Jimin noleh sebelumnya dia melamun liatin pemandangan diluar jendela. Dan surai biru yang menarik perhatian ada didepan matanya lagi.
"Iya, masih disini."
"Aku kan bilang pulang, Park."
"Nggak mau pulang."
"Kenapa?"
"Cari referensi untuk pose project baru."
Jimin sedikit goyangin kamera ditangannya. Suga ber-oh lagi, lalu beralih dia duduk lagi didepan Jimin.
"Ketemu referensinya?"
"Ya, aku ketemunya satu konsep,"
"Apa?"
Jimin bungkam sebentar, tatap Suga selama hampir lebih lewat empat detik.
Lalu dia pasang senyumannya,"Tentang cinta tiga detik."
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Ga dapet fuyunghay.
:(