"Udah sembuh?"
Jimin mengangguk sekilas, senyum tipis sambil mengambil sebatang rokok. Suga hela nafas sedikit lega, secara tidak sadar.
"Hari ini meeting klien, pinjam tempat pojok seperti biasa."
Suga memiringkan kepala, "Silakan. Kok pinjam,"
Jimin beralih mengedikkan bahu, "Siapa tau ada hak patennya kursi disana,"
"Hak paten apa?"
"Kursi depanku hak paten punya Suga. Biru manisku."
"Sok manis sekali kamu,"
Jimin pasang cengirannya seperti biasa, Suga melipat tangan didada. Lalu mata melirik kebelakang, kearah pintu masuk.
Ada seorang wanita, dengan rambut panjang terikat kuda yang rapi, dress onepiece dengan corak bunga. Feminim sekali, dan cantik.
"Selamat datang."
Suara datar dari Suga sedikit membuat wanita itu terperanjat kaget, lalu memasang senyuman sumringah yang ramah sekali, Jimin berbalik badan. Dan pemuda rambut hitam itu balik tersenyum,
"Halo, Sarah."
Suga lantas menatap Jimin, sedikit bingung karena Jimin lantas menyapa wanita tadi dengan akrab. Siapa? Penasaran, tapi biru gengsi tanya.
Sarah, wanita tadi lantas tersenyum lebar. "JIMIN! Long time no see you!"
"Haha, baru kembali dari Indonesia?"
Jimin kalem sekali seperti biasa, tangan terbuka lebar dan wanita tadi mendekat memeluk Jiminnya erat sekali. Suga sedikit berpindah posisi kepinggir, siapa tau menghalangi.
"Hei, duduk dulu. Ada menu baru, sana."
Suga memecah kesenangan wanita dan pacarnya berpelukan, dan Jimin sedikit menoleh kebelakang. Merasa tidak enak? Mungkin, tapi Suga terlihat biasa saja.
"Ya. Sarah, lepas dulu. Sakitㅡ"
"Ah, maaf?" Sarah melepas pelukan mereka berdua sambil sedikit memasang cengiran, terlihat ceria sekali. Tas selempang kecil menyampir dibahu sempitnya.
"Aku disana. Seperti biasa. Oke?"
Jimin menepuk kepala Suga sekilas, sebelum melenggang pergi menuju kursi pojok dan tangannya santai merangkul pinggang wanita tadi.
Sarah namanya, dengan wajah natural bukan oriental yang terlalu kental.
Bukan cemburu, Suga hanya tidak sadar sampai memperhatikan sebegitunya.
;
"Ya, mama bilang Jimin freenlance disini. Fotografer hebat!"
"Biasa, freelance bokek, Sarah."
"Bercanda kamu, ganteng begini. Pasti perawatan uangnya banyak."
Jimin lantas terkekeh, Sarah balas tertawa sekilas. Ice Cappucino jadi pilihan wanita itu. Sekilas terlihat mereka pasangan, dengan rambut hitam legam yang sama-sama cerah diwajah mereka berdua.
"Ada pacar?"
Sarah bertanya gamblang, senyum sekilas dan menaikkan alis sebelah. Jimin yang awalnya minum mocha hangat sedikit menatap.
"Ada, bukan single lagi."
"Sombongnya. Siapa? Ayo, beritahu."
"Rambut biru, manisku. Hehe."
Sarah terdiam sebentar, sebelum loading. Dan matanya melirik kearah manusia dengan rambut biru yang sibuk menghitung lembaran yang dibelakang meja kasir.
Diperhatikan lama, lalu bergumam oh panjang sekali.
"Jimin, seleramu pas."
"Tinggi, Sarah. Dia langka. Seni. Objektif seakan ilusi. Ngerti?"
"Gak, omonganmu tinggi seperti biasa."
"Neraka, kamu wanita jadi-jadian."
"Seenaknya, seleramu yang bodoh!"
Jimin menjulurkan lidah, dan Sarah reflek tertawa. Terlihat asik sekali, seolah punya lingkup sendiri.
Suga tidak peduli, matanya sama sekali tidak melirik kesana. Hanya telinga, dimanfaatkan mendengar obrolan mereka berdua sekecil mungkin.
Baru kemarin mulai sayang. Sial.
;
"Wanita badai,"
Jimin menghela nafas sambil memasukkan kedua tangannya kedalam kantong setelah melambaikan tangan. Sarah pulang, setelah membayar kasir dan menepuk pipi Suga halus; santai mencium pipi Jimin didepan Suga lalu melenggang pergi.
"Tadi, kenalan lama?"
Suga bertanya ragu, badan menyender didepan meja kasir. Jimin menoleh lalu memasang senyuman,
"Ya, kenalan lama. Cantik?"
Bergumam jadi jawaban Suganya, mengalihkan pandangan dan Jimin mengedikkan bahu sekilas setelah menghembuskan asap rokok kearah langit-langit cafe,
"Suga, dia cantik menurutmu?"
"Ya, cantik."
"Rasa sayangku untuk kamu juga cantik, lebih."
Terdiam lama, Jimin ucapannya terdengar bukan bercanda. Suga lantas mengernyit lalu mengetuk jari dimeja kasirnya santai,
"Rasa sayang apa? Aku belum,"
"Belum?"
"Ya," Suga berujar datar sekali, Jimin mendengus sekilas lalu mengalihkan pandangan,
"Memang lama, atau kamu yang gak ada niat?"
Anggapan serius, Suga semakin mengerutkan dahi. Memiringkan kepala sedikit berpikir, Jimin belum menatap. Masih mengalihkan pandangan,
"Maksudmu?"
"Bercanda. Jangan anggap serius,"
Jimin tersenyum sekilas, menepuk puncak kepala Suga sebagai gestur sayang. Suga masih menatap, bertanya-tanya maksudnya apa.
"Pulang duluan, bisa sendiri kan?"
"ㅡoke? Bisa pulang sendiri, Jimin."
"Bagus. Selamat malam, Suga."
Jimin melenggang pergi setelah mengacak rambut birunya halus. Entah maksudnya apa, Suga disini merasa ada yang salah. Bertanya dalam hati apa yang janggal?
Soal Sarahㅡkalo mau egois, atau soal sayang?
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
#teyoshigaktegakasikonflik
#charmbersihkonflik
#charmlembutlembutteam
#hastaghqqHai, malam kalian yang masih sendiri sampai detik ini.
/sama kok/
Kenapa namanya sarah kenapa bukan ayu sari melani dan sejenisnya atau korean name
Ndak tau. Kenapa ya. Ingetnya kak sarah mungkin(?) (((Salah)))
![](https://img.wattpad.com/cover/128424364-288-k196226.jpg)