Saat itu, Suga hanya terdiam mendengar perkataan Jimin. Ambigu sekali, bahkan dahinya mengernyit karena tidak masuk otak sama sekali.
"Maksud lo?"
"Gak jadi,"
Jimin menggeleng pelan dan sedikit tersenyum sambil meminum mocha hangatnya.
"Jadi, udah ketemu atau belum?"
Udah bangsat,
Dalam hati kok, Jimin masih memasang wajah sok ramah dan senyum jengah.
"Udah, udah ketemu. Slow."
"Baguslah,"
dan Suga menyender, posisi relax sambil balik beberapa lembar majalah lama.
Suasana cukup hening beberapa saat; Jimin fokus sama mochanya, lumayan menghangatkan badan. Teringat dia basah kuyup tadi itu dinginnya menusuk kulit sekali.
Hujan masih turun deras diluar, bahkan disadari sedikit, Suga betah beneran duduk didepan Park Jimin.
"Telak aku nginap hari ini."
Celetuk Suga, buyar konsentrasi Jimin yang meletakkan mug putihnya pelan-pelan. "Nginap? Dimana?"
"Disini, kalo belum cerah ya mana bisa pulang."
"Biasa disini? Tidur di?"
"Ya, ada kamar kosong diatas."
Jimin ngangguk sekilas, menunggu kode dari seorang Suga dimana kata-katanya bisa dia jawab dengan kata-kata;
'Yaudah, pulang sama aku aja.'
Sayangnya, Suga tetap bungkam tidak menunjukkan reaksi dirinya memilih untuk pulang. Jimin kecewa disini, emoji galau.
"Lo? Pulang hujan-hujanan lagi?"
Lagi-lagi manis birunya membuka pembicaraan. Jimin kembali pasang senyuman polos, "Tunggu reda kemungkinan. Ada kamera, bahaya aku terobos.""Bus umum halte disamping market?"
"Iya, belum ada mobil."
Adanya motor cetek. Tapi diservice.
Suga berpikir, diam sedikit lama. Tangan putih pucatnya mengetuk meja. Lalu mata kecilnya sedikit melirik lagi kearah seorang Jimin yang fokus scroll up down foto di kameranya.
"Kalo gitu aku ikut pulang. Halte 2A kan? Berhentinya di daerah deket rumah."
Jackpotnya dateng sendiri, halte 2A aku cinta kamu.
;
"Ternyata reda beneran,"
Mimpi di malam selid, Jimin jalan berdua dengan seorang Suga dibawah lampu temaram menuju halte yang tidak terlalu jauh dari cafe tempat mereka tadi.
Birunya ada disamping, rasanya mau meledak senang tapi ya jaga image perlu juga.
"Ya ditunggu dengan sabar makanya," Jimin sedikit terkekeh, sementara Suga hanya melanjutkan langkah.
"Jimin, suka hujan?"
Hening beberapa saat, rasanya dipanggil nama dengan suara dari manusia favorit itu seperti ini ya. Bahagia gimana gitu, yang nulis sedikit najis sama seorang Park Jimin.
"Gak terlalu. Kenapa?"
"Aku gak suka hujan."
Aku dan bukan gue, ciri awal menuju pendekatan bersama.
Dan Jimin sedikit tanda tanya, Suga bilang gak suka pada hujan itu lebih datar dari biasanya.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Ea, pendekatan awal.