Bukan Dia.

7.7K 1.6K 465
                                    





















Hari yang kelam.

Suga duduk termenung, masih. Gak ada kontak dari Jimin setelah hari itu. Gak ada Jimin yang muncul di cafenya setiap makan siang.

Dan gak ada kegiatan apapun yang dilakukanㅡyang menunjukkan mereka ada status hubungan.

Cafe hari ini cukup sepi, tahun baru. Iya, semalam tahun baru lewat tanpa Jimin. Handphone tenggelam dalam luapan air di wastafel karena melamun.

Sial ya Suga.


Padahal tahu nomor kamar apartemen, dan alamat ruang kerja sekaligus galeri. Kurang apa Suga berdedikasi sebagai pacar?


Entah, kaki rasanya berat melangkah untuk cari. Bukan karena malas; tapi dari dasar hatiㅡ ya, Suga merasa salah.



Otak berkecamuk, bingung sekali. Situasi apaan yang begini? Bukannya dia terbiasa sendiri?


Bahkan persentase persenan yang sering ditanyakan adalah hal konyol yang sering Suga akui, tapi mau bagaimana?


Dia terlanjur suka dan menikmati.


Menghela nafas lalu bangun dari tempat duduk, Suga mengaduk mocha hangat yang tertata rapi mug putihnya diatas nampan.


Melirik pintu masuk, gak ada gemerincing suara pintu yang terbuka. Dan perlahan, Suga tidak mau menerima keadaan semula dimana harinya datar tanpa manusia rambut hitam legam itu.



"Hai?"


Seolah drama, segalanya terjadi sesuai rancangan teks.

Suara manis yang terdengar bocah namun lebih dalam dari biasanya, Suga berbalik badan. Siapa lagi?

Mantel hitam yang kotor akibat salju, tas kamera disampirkan dibahu kanan. Rambut hitamnya sedikit basah dan membentuk tekstur klimis.



"Selama dua hari, sudah ketemu jawaban?"

"Jawaban?"

"Ya, liat aku sebagai siapa?"




Lancar, Jimin menatap santai, tumpu dagu di tangan yang bertumpu pada atap etalase macam-macam kue.

Senyuman ramah seperti biasa. Mug putih diatas nampan hari ini gak jadi terbuang kedalam tempat sampah seperti kemarin.



























;

"Kemana?"

"Pemotretan, ke pedalaman."

"Ah, gitu."



Gak ada obrolan lebih lanjut. Jimin minum sedikit mocha hangat yang sedikit mendingin, mata menatap ke pemandangan luar.

Orang lalu lalang jadi lebih menarik, tapi bohong.


Suga mengulurkan tangan, menangkup pipi Jimin dan menghadap wajah manusia itu jadi saling tatap.

Gak ada dialog yang berarti, Jimin lantas memegang tangan Suganya. Melepas tangkupan tangan ituㅡtapi Suga menangkup kembali,

Bertatapan lurus.


"Kenapa, biru?"

"Kamu bukan dia,"

"Apa?"

Wajah memerah telak, sedikit memanas rasanya. Suga menghela nafas jengah,

Charm ㅡpjm x mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang