"Pulang duluan sana,"
"Aku tunggu,"
Suga menghela nafas, nampan coklat diletakkan diatas meja dan beralih duduk disamping Jimin yang masih duduk rapi.
"Jangan tidur disini, gak mau seret kamu pulang,"
"Ya, tenang aja,"
"Masih sadar?"
Jimin cuma balas senyuman, tangan menumpu sebelah pipi karena Jimin yang betah menghadap Suganya, betah memperhatikan,
"Sadar, wangimu sampe sini,"
"Apa wangi?"
"Wangimu. Wangi Suga."
"Apasih,"
Jimin reflek terkekeh karena Suga memilih mengalihkan pandangan, mug putih dengan mocha panas jadi minuman penutup.
"Suga,"
"Apa, Jimin,"
Jimin gelengin kepalanya sekilas, "Cuma panggil,"
"Terserah, tunggu disini. Mau tutup sebentar lagi,"
"Nanti minta satu pelukan ya,"
Gak ada jawaban, Suga beralih melenggang pergi, entah senyuman Jimin keberapa hari ini yang mengembang senang, mocha hangat diminum sedikit,
Pemandangan cafe dari balik kaca yang berembun sedikit, Jimin sadar bahkan seluruh konsep dari fotografinya mengandung unsur jatuh cinta soal biru.
;
"Belum,"
"Apa?"
"Belum sayang, belum punya rasa begitu,"
Gelengan kepala dari Suga, pertanyaan Jimin memang gamblang sekali, mereka berdua tetap lanjutin langkah dipinggir jalan menuju halte bus,
Apa? Jimin tadi iseng tanya sudah sayang atau belum.
Ya, memang siap dalam segala konsekuensi, Jimin bahkan sedikit mengedikkan bahu jadi tanggapan,
"Oh, butuh berapa lama supaya jadi sayang?"
"Entah, gak pernah hitung,"
"Pernah sayang sama orang lain?"
"Pernahlah, aku sayang papa."
"Mama?"
Suga gelengin kepalanya sekilas, Jimin memilih bungkam lagi dan sedikit bergumam maaf, takut menyinggung. Tapi Suga balas tersenyum kecil,
"Jimin tau soal mantan kan?"
Jimin angguk sekilas, "Tau, tapi gak punya,"
"Ohya?"
Suga tahan tawanya, Jimin berdecak, "Ya sori, kamu pacar pertama-"
Reflek birunya menoleh, "Pertama?"
"ㅡUntuk diseriusin, maaf kepotong."
Suga mengernyit aneh, Jimin balas tersenyum. Entah karena Jimin memang otak seni, atau Suga yang terlalu merasa indah?
"Jimin sok manis,"
"Jauh lebih manis kamu, biru."
"Suga, bukan biru."
"Oke, Yoongi,'
Telinga sedikit merambat merah, lengan Jimin dipukul kuat dan tawa ringisan dari Park Jimin mewarnai perjalanan menuju halte.
;
"Mantanku siapa?"
"Ya, punya mantan kan,"
"Oh, ada."
Jimin memiringkan kepala, "Privasi?"
"Ya, privasi,"
Suga mengambil tisu basah yang terdapat didalam tas selempang kulitnya, tisu basah diulurkan kearah Jimin,
"Jadi aku gak boleh tau?" Jimin mengambil tisu basah yang diulurkan didepannya, Suga beralih mengedikkan bahu,
"Nanti juga tau sendiri,"
"Suga malas cerita, kutebak."
"Tepat sekali,"
Suga sedikit memasang senyuman puas, dan Jimin mencebik sekilas sambil mengusapkan tisu basah diwajahnya.
Jimin baru bangun, untuk informasi. Sekarang perjalanan menuju gedung apartemen, tadi di lift gak ada percakapan. Jimin tidur kelelahan, Suga gak berniat membangunkan alasan kurang tega.
"Jadi penasaran, ternyata biru bisa luluh sama warna lain,"
"Suga, bukan biru, Jimin."
"Biruku yang manis,"
"Baru bangun jangan kurang ajar,"
"Ya maaf, kesepian di bus?"
Jimin ngawur sekali lagi,Suga hela nafasnya nyaris capek lalu melenggang pergi duluan.
Mengikuti dari belakang, Jimin bahkan berpikir sedikit,
Siapa? Oknum penyebab hati birunya luluh untuk pertama kali.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
🎼WINE - Suran ft.Changmo (Prod.SUGA)Congrats, blondeku malam ini.
Wkwkwkwkw
Ayo bobo :)
eh besok minggu
Begadang aja :)