Dilema

6.8K 1.6K 177
                                    





















"Tujuh puluh lima persen,"

"Lima puluh lima persen,"

Bergumam sendiri, rambut hitam legam dibiarkan teracak bebas karena angin. Suasana cafe ramai, sangat. Besok malam natal, dan semua pasangan bisa.dilihat berlalu lalang dari kaca jendela.

Jimin serasa jomblo.

Semua kerjaannya selesai, tugas edit sudah rampung. Dan berakhir disini, duduk dipojok sendiri. Dengan mocca latte yang masih hangat. Bahkan dagu menumpu diatas meja.

Bosan gila, Jimin kemari kan tujuannya untuk bertemu biru.

"Biru sayang,"

"Sibuk, duduk disana dulu,"

Ya, bahkan diusir tadi sebelum tangannya menggapai untuk peluk tubuh putih pucat kesayangannya.

"Sayang? Lima puluh lima persen apanya, gila,"

Jimin yang gila, ngomong sendiri merasa gak terima. Matanya menatap sosok rambut biru yang sibuk berlalu lalang dimeja pelanggan, menebar senyum tipis yang menambah suasana hangat.

Brengsek, gampang sekali ya manusia-manusia disana dapat senyuman begitu.

Lalu tatapan mereka bertemu.

Suga memasang senyuman tipis, sebelum balik badan melenggang pergi menuju dapur sambil membawa nampannya. Dan Jimin disini berakhir kesemsem sendiri dimeja cafenya, nyaris kasmaran.













;

"Manjanya, aku bilang tunggu sebentar."

"Lama."

Jimin bergumam, dahinya mengernyit dan rambut hitam legamnya ditiup keatas sekilas. Merajuk, ceritanya.

"Iya, tadi rame. Mau bantu?" Suga hela nafasnya sekilas, jengah juga manusia bernama Jimin manjanya keluar disaat begini.

"Gaklah, kamu yang punya cafe."

"Ya siapa tau punyamu juga nanti,"

"Mulutmu, halus sekali."

Jimin pasang senyum bodoh, dan Suga beralih mengedikkan bahu, sadar juga ucapannya sedikit ambigu.

"Hari ini sayangnya udah berapa persen?"

"Turun, jadi tiga puluh lima,"

"Lho, gak bisa gitu,"

"Bisa,"

Kening kena sentilan halus, Suga reflek memegang dahinya sendiri, wajah mengernyit gak suka. Tapi Jimin masih pasang senyum, kamera diarahkan kewajah Suganya, membidik sekedar.

"Fotomu kapan jeleknya, biru."

"Memang mukaku yang bagus,"

"Ya gak bohong juga sih,"

"Malam ini pulang berdua?"

Jimin reflek geleng kepalanya sedikit, Suga memiringkan kepala. Kenapa. Kok tumben. Ada apa.

"Sarah, masih disini. Malam ini janji antar ke airport,"

"Janji?"

"Iya, mamanya tadi titip Sarah di aku, Suga."

Hening, Suga sedikit memundurkan duduknya, "Oh, gitu."

"Ya, makanya kesini dulu. Biar sehari ini ada liat biru."



Jam menunjukkan pukul tujuh lima belas, mereka berdua pisah dipintu masuk cafe, Jimin masih seperti biasa. Pelukan sebentar lepas kangen, tapi pikiran Suga belum lepas.

Kok bisa Sarah tuh lho.

"Iya, kan aku bilang teman lama."

"Teman lama?"

Jimin cuma angguk sekedar lalu melenggang pergi setelah acak rambut birunya sekilas. Bukan gak mau kejar, tapi Suga ada rasa tertahan untuk gak jalan mengikuti.

Toh, besok ketemu lagi.
























ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Hai? :)
Long time no see yaaa hehehe, kemarinan aku sedikit menikmat suasana hening sepi dan tentram selama liburan ehehehek
So, me comeback this malming ayay!♡
kangen jimin sama biru? Sama ihik.

Charm ㅡpjm x mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang