Pulang.

10.3K 2.1K 177
                                    











🎼Seattle - Sam Kim






Dan berakhir disini, duduk berdua didalam bus. Ada jarak diantara mereka berdua, suasana sepi sekali dan hanya ada segelintir orang baru saja pulang dari aktivitas masing-masing.

Maklum, jam menunjukkan pukul sembilan.

"Suga,"

Yang punya nama reflek menoleh. Tatapan matanya polos sekali meskipun tajam. Lagi-lagi Jimin rasanya terpesona,

"Boleh tanya?"

"Gak boleh,"

"Siap,"

Jimin kembali duduk seperti semula, dan Suga reflek menahan tawa. "Bercanda,"

Bangsat dia senyum,

Jimin awalnya bungkam, tapi ikut terkekeh merasa bodoh. "Gak lucu, sumpah."

"Tapi dia ketawa,"

"Ya duluan lo ketawa,"

"Oke, sorry."

Suga pasang tampang datarnya lagi, Jimin reflek semakin ketawa. Konyol, picisan sekali ketawanya.

"Oke, selesai. Mau tanya apa?"

"Sebentar, ekhem."

Jimin sedikit berdehem, Suga pasang senyum tipis yang samar sekali. Dia terlanjur memilih liatin bulir air hujan di jendela bus.

"Gak suka hujan, kenapa?"

Pertanyaan yang membuat suasana hening sejenak. Bus yang awalnya hening tambah hening. Hening sekali.

Jimin berubah gugup, "Ah, kalo privasi gak usah dijawab."

"Lo mau tau?"

Ditanya balik, bikin jengah. Jimin ragu antara mengangguk atau tidak.

"Lama. Berarti lo gak mau tau,"

Suga beralih dari tatap Jimin, menatap jendela. Terbayang posisi?

Ya, duduk dikursi paling belakang. Dari ujung ke ujung. Dan beda sekitar tiga kursi, jarak yang lumayan kubilang.

Jimin hela nafas pelan, "Mau tau kok,"

Suga menoleh lagi, entah rasanya dekat. Atau memang naluri, Suga beralih duduk menghapus jarak tiga kursi.

Jackpot total.

Dan jarak mereka duduk dikursi bus ini beda satu lengan. Bahkan secara rinci Jimin lihat, lengan yang ada dibalik kemeja putih milik birunya itu kecil dan kurus.

"Jimin, ada cerita soal hujan,"

Perhatiannya teralih, "Iya? Kenapa sama hujan?"

"Kata orang, hujan masih kembali setelah jatuh berkali-kali," logat Suga disini berubah, menjadi formal dan terdengar halus meskipun dengan suara lebih rendah.

Jimin sedikit mengernyit, "Lalu?"

"Tapi hujan gak bisa balikin apa yang dia bawa pergi,"

"Itu cerita sedih?"

"Bukan, cerita pendek karya Papa."

"Ah, papa lo penulis?"

"Ya, ikut hilang sama hujan empat tahun lalu."


Jimin bungkam total, sadar arah pembicaraan kemana. Reflek mundurin wajahnya, merasa gak enak seketika. Apalagi Suga disampingnya setelah itu gak memasang reaksi sama sekali.

Bukan cerita sih namanya, hanya sekitar beberapa kalimat tapi dari spekulasi Jimin sendiri hujan memang punya cerita untuk seorang Suga.

"Singkat ya?" Celetuk sekilas, Suga menatap dan Jimin gugup mati.

"Nggakㅡ? Maksudnya, maaf jadi seolah buka luka lama,"

"Bukan luka kok, gak ada cerita sedih. Slow."

"Oke, slow?"

Jimin pasang senyuman tipis, sedikit terkekeh, sementara dapat balasan berupa decihan sinis.

Park Jimin baru saja mendapat lampu hijau dari birunya yang manis.
















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Cie berduaan
Cie mepet.

Charm ㅡpjm x mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang