Iya, Malam Natal

6.8K 1.6K 139
                                    
















Gak ada dirumah.

Jimin diam berpikir keras, tangannya mengambang memegang ganggang pintu yang terkunci. Gak ada orang, bahkan lampu mati. Terlihat dari sela-sela pintu.

Kemana, sialan.

Udara sedingin ini, Suga bahkan gak ada dirumah. Panggilan telepon gak ada jawaban, dan nyaris menyesal harusnya tadi ketemu birunya dulu.


Kakinya melangkah keluar, bahkan mantelnya sedikit basah karena terlalu lama diterpa salju yang deras. Malam natal terbiasa salju turun semakin menumpuk,

Uap nafas yang berhembus setiap dihela jengah, Jimin berhenti didepan taman kota. Entah mau kemana, gak ada tujuan. Suga gak ada kabar, daritadi harusnya ada.

Dan dering tanda panggilan masuk, Jimin langsung angkat, ya. Suara rendah khas birunya terdengar,

"Halo? Jimin?"

"Suga? Dimana?"

"Apaㅡ? Maaf, gak dengar apa."

Jimin mengernyit, suasana ramai terdengar dari sambungan, debam musik yang keras sekali. Tidak tenang dan bukan tipikal Suganya.

"Dimana kamu?"

"Entah, gak tau dimana. Sebentar lagi aku pulang,"

"Tungguㅡ"

Sambungan mati, Jimin mengeratkan pegangan di handphonenya sendiri. Nyaris emosi, lalu jalan kearah halte.

Suganya pasti turun disana.
















;

Tiga jam, brengsek.

Kepala Jimin terantuk besi halte yang dingin sekali, reflek buka mata dan sadar. Tertidur nyaris, biasanya orang tidur ditengah musim dingin begini susah bangun lagi, bahaya.

Lirik jam dipergelangan tangan, sebelas lewat. Dan tanda Suga pulang belum juga ada. Mengetuk-ngetuk kaki ditanah yang tertutup salju, tanda bosan menunggu.

Atau mungkin gak disini?


Berniat bangun, tapi terduduk lagi.

Tau? Kakinya nyaris beku, tertekuk sadis dan diluruskan sakit sekali. Jimin gak meringis, hanya raut wajah yang reflek berubah.


"Gak mati kamu disini?"


Suara rendah yang ditunggu, Jimin langsung menoleh dan Suga disana. Baru turun dari bus mungkin, dengan penampilan hangat sekali. Syal tebal menutupi hampir setengah wajah, Jimin memperhatikan,

"Darimana?"

"Karaoke, Hoseok ada acara."

"Oh,"

Mengalihkan pandangan, Jimin masih duduk. Tangan dinginnya terangkat, ambil tangan Suga dan digenggam erat.

Suga reflek mengernyit, meringis sedikit karena tangan Jimin dingin sekali. Mirip es yang menerpa kulit, gak terbayang.

"Duduk, sebentar. Baru pulang,"

Suga menurut, beralih duduk disamping Jimin dan biar tangannya digenggam erat. Jari bertaut, Jimin sedikit hela nafasnya.

"Ada hadiah buat natal,"

Bungkam, gak ada jawaban. Tangan Jimin yang bebas beralih masuk kedalam kantong. Mengambil syal merah tua pekat yang panjang gak seberapa, lumayan tipis.

Suga memperhatikan, syal merah tua pekat yang sempat jadi kesukaan karena dipajang di etalase toko kota sebelah.

"Pakai sendiri," syal merah itu dilempar dipangkuan, Jimin pasang senyumannya tapi Suga masih bungkam,

"Pakai sekarang?"

"Besok,"

"Oke, besok,"

"Sekarang sekarang. Lepas dulu syalmu,"



Entah naluri, Suga menurut lagi dan lepas syal birunya sendiri, dan badannya reflek bergerak mendekat, memasang syal biru dileher Jimin. Dilingkarkan halus, Jimin diam memperhatikan.

"Terima kasih,"

"Terima kasih kembali, Jimin."

Jimin sedikit terkekeh, Suga beralih ambil syal yang jadi hadiah dan dipasang dilehernya sendiri. Gak dibantu pakai, Jimin tipikal manusia gengsi.














;

"Tadi kemana?"

"Apa?" Tangan keduanya masih saling genggam, keduanya melangkah memecah jalanan malam. Mulai sepi, malam natal mulai dirayakan dalam rumah masing-masing.

"Tadi, kemana? Gak ada di cafe,"

Jimin sedikit bergumam jadi jawaban, "Entah, kemana ya?"

"Pergi sama Sarah?"

"Wah, itu tau?"

Suga mengalihkan pandangan, genggaman tangan dilepas, dan ganti tangan masuk kedalam kantong mantel. Jimin diam, memperhatikan tangan Suga yang masuk,

"Tangannya jangan dilepas, Biru."

"Cari hangat, tanganmu nyaris es."

"Tiga jam hilang ya jelas tanganku es begini,"


Tepukan halus dikepala Suga, Jimin terkekeh karena Suga beralih ambil tangannya dan digenggam lagi, masuk kedalam kantong mantel punya Jimin. Sama-sama cari hangat.

"Pergi berdua sama Sarah?"

"Ya, cari hadiahmu. Dasar buat susah."

"Gak usah beli,"

"Ada keinginan, buat biru."

Aura Jimin terbiasa hangat dan ini yang buat Suga betah sepertinya. Dan beralih Suga gak melanjutkan obrolan, badan semakin mendekat kearah Jimin dan puncak kepalanya dapat ciuman halus.



Natalnya diwarna rasa marah karena cemburu, nyaris. Tapi bodohnya, Suga lemah soal kehangatan Jimin. Sialan.



Sayangnya berapa persen, biru?


















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Cepet bener baikan. Payah @/teyoshi
Hujan terus ya dari pagi. Bobo mirip babi sudah.

Charm ㅡpjm x mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang