"Pagi-pagi,"
Suga berdecak setelah membuka pintu apartemennya. Ada seseorang berdiri santai menyender di tembok depan pintu, asap rokok sedikit menyerebak karena koridor apartemen lebih sempit.
"Bosan, mau chat tapi malas,"
Jimin, pastinya. Baju lengan panjang putih dan topi hitam. Rokok diujung bibir, pemandangan paginya Suga yang begini.
"Gak berguna handphonemu,"
"Ya, baru bangun?"
"Daritadi, habis sarapan,"
"Sarapan apa?"
Suga melipat tangan didada, sedikit menguap, Jimin reflek senyum tipis gemas sendiri. Pacarnya itu gelengin kepala sekilas, "Kornet sapi? Sama sup,"
"Wah, sarapan mewah,"
"Masak sendiri. Udah makan?"
Jimin mengedikkan bahu, "Belum,"
Suga reflek mengernyit, kakinya melangkah lebih dekat kedepan Jimin. Percaya Suga telanjang kaki, dibalut piyama satin merah dan kulit putih pucat yang kontras sekali.
"Makan disini, mau?"
Jimin bungkam, matanya melirik intens Suga dari atas kebawah, menghembuskan asap rokoknya sekilas.
"Makan yang mana?""Maksudmu? Aku bisa buatㅡ"
"Kamu lebih cocok jadi sarapanku."
Hidungnya dicubit kuat sama Suganya.
;
"Jimin,"
Yang punya nama hanya mendongak jadi jawaban, mulut sibuk mengunyah makanan yang dibuat untuknya. Cuma berupa semangkuk nasi dan sup hangat,
Dan birunya yang manis didepan mata, Jimin sarapan lebih dari cukup.
"Kenapa tinggal sendiri?" Suga bertanya sambil menumpu dagu dengan sebelah tangan diatas meja.
"Karena gak tinggal sama Ibu," jawaban singkat, Jimin tetap menyuap nasi kedalam mulutnya,
"Ibu dimana?"
"Gak ada,"
"Kemana?"
Jimin gak menyahut, beralih sibuk minun kuah sup dari mangkuknya. Topi bahkan udah dilepas, lengan baju putih digulung menutupi siku, rambut hitam legam tersibak kebelakang berantakan.
Suga diam menunggu jawaban, memperhatikan Jimin dan menggeser segelas air kedepannya.
"Suga mau tau?"
"Ya,"
"Aku cerita atau jawab sesuai pertanyaan?"
"Terserah,"
Jimin terkekeh sekilas, menangkup kedua tangan didepan muka dan menunduk sedikit, "Terima kasih makanannya,"
Suga tersenyum sedikit, Jimin mengambil kotak rokoknya. Tapi tangan Suga beralih pegang pergelangan tangannya, kotak rokok diambil dan Jimin terdiam, tatapan mata berubah serius,
"Balikin, rokokku."
"Jangan, habis makan,"
"Balikin, Suga."
Suga menggeleng, kotak rokok disimpan dibawah meja. Jimin menghela nafas nyaris kesal, "Bawa sini,"
"Nanti,"
"Suga,"
"Apa?"
Bergidik sedikit, Jimin menatap lama. Suga balas tatap lebih berani.
Semenit, Jimin menyerah lalu menyender kesal kebelakang ditumpu kedua tangannya.
"Ibu gak ada, pergi waktu sekolah menengah atas,"
Suga meletakkan kotak rokoknya didalam kantong piyama, Jimin berujar tanpa menatap, hanya memandang langit kamar apartemennya,
"Pergi kemana?"
"Ck, banyak tanya,"
"Oh, maaf,"
Jimin beralih menatap, Suga menunduk sekilas tanda maaf dan sopan sekali. Berakhir Jimin terkekeh, "Bercanda, nanti aku cerita,"
"Kapan?"
"Terserahku. Pacaran masih lama kan?"
Suga memilih bungkam memandang kearah lain, sedikit malu. Tawa Jimin yang terkekeh puas terdengar lucu, memecah keheningan suasana pagi di apartemen Suga.
Suasana baru untuk birunya, yang biasa bangun dan melewati pagi sendiri.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
MAU PULANGGGGGGGGGG
*jeritan hati*Hai selamat pagi♡