Kedua kali

8.9K 1.8K 135
                                    


















"Selesai terlalu malam,"

Jimin sedikit menguap, ini jam tidur sebenarnya. Tapi tunggu Suga tutup cafe juga lumayan lama. Katanya makan malam lagi kan, siapa yang mau lewatin jackpot?

Suga tutup pintu kaca cafenya, Jimin memperhatikan gerak-gerik birunya seperti biasa. Ya, bahkan soal memperhatikan pun Jimin mulai terbiasa.

"Ngantuk?"

Balik badan dan berakhir mereka berdua saling tatap, Jimin hanya menaikkan alisnya sebelah. "Lumayan,"

"Mau pulang?"

"Gak, katanya makan malam dulu,"

"Sudah jam tidur," Suga melirik jam yang ada dipergelangan tangan, dan dibalas decihan Jimin.

"Jam tidurku memang, tapi jam makan malammu kan sekarang,"

"Terus kenapa?" Suga sedikit mengernyit,

"Makan dulu, baru tidur. Ayo,"

Mata mengerjap sedikit bingung, loading dengan kata-kata Jimin yang terlalu ambigu. Tapi Jimin melenggang jalan duluan, tangan dimasukkan kedalam kantong dan tas kamera yang seperti biasa tersampir di bahu.

Iya, secara tidak sadar Suga memperhatikan punggung Jimin yang perlahan menjauh.

Tapi cowok itu berhenti dan menoleh kebelakang, rambut hitam legamnya sedikit terhempas angin dan memperlihatkan dahi. Raut wajahnya bingung seolah tanda tanya, tatapan matanya seperti biasa pasti lurus,

"Kok diem? Ayo jalan,"

Jimin ganteng, Suga merasa jauh lebih manis. Dan kakinya melangkah dengan senang hati mengikuti Jimin dari belakang.








;

"Aku bilang juga apa, ngantuk kan,"

Jimin gelengin kepalanya pelan, "Gak ngantuk,"

"Matamu itu lima watt,"

Merengut, Suga memperhatikan dan menahan tawa. Jimin bandel, berdecak jadi jawaban. "Keliatan lima watt?"

"Ya, ngantuk total tuh,"

"Haha, habisin dulu makananmu."

Jimin senyum sedikit , matanya memang berubah sayu. Bahkan dilihat pun rasanya ikut mengantuk.

Posisi kedai ramen yang mulai sepi karena mendekati tengah malam. Dan alkohol alias soju jadi pelengkap.

Nice, sebenarnya. Jika Jimin tidak mengantuk untuk saat ini untuk jalan malam mereka yang kedua.

"Oke, setelah ini pulang. Kamu tidur," Suga melanjutkan makan ramennya sedikit lebih cepat,

"Jangan berantakan makannya,"

"Harus cepat,"

Gelengan kepala, Jimin ambil kotak tisu dan tarik beberapa tisunya. Diam sebentar tunggu Suga meminun kuah ramen dari mangkoknya langsung.

Tanda menikmati makanan,

"Selesai, ayo."

"Tunggu, duduk dulu. Makanannya belum turun itu,"

Suga berekspresi semakin datar, sebenarnya kan kangen ranjang. Apalagi keadaan kenyang. Luar biasa.

Tapi Jimin mencegah, padahal diliat jelas cowok itu ngantuk total. Tangannya terulur, santai bersihin pinggiran bibir Suga dengan tisu yang dibawa.

Natural sekali, seolah biasa.

"Oke, ayo pulang, Jimin."

"Iya ini pulang, bayar sana,"

"Tadi bilang traktir, dusta."

Jimin reflek terkekeh, "Apa? Dusta siapa?"

Suga berdecak gak peduli, beranjak bangun lagi setelah awalnya ditarik duduk. Dan melenggang pergi cari mbak kasirnya.














;

"Jauh ya kamu,"

Jimin senderan di dinding lift dengan posisi santai dan melipat tangan didada. Rambut hitamnya jadi sedikit basah karena air hujan.

Hujan diperjalanan pulang, sialan.


"Jauh apa?" Pertanyaan sambil mengacak rambut birunya yang sedikit basah,

"Kamarmu jauh,"

"Memang dari dulu disana,"

"Iya tau,"

"Terus kenapa?"

Jimin mengedikkan bahu, "Gak kenapa,"

"Apasih, Jimin."

"Iya kenapa, Suga."

Saling panggil nama, keduanya reflek terkekeh pelan. Sederhana segitunya, tapi terdengar manis dimasing-masing hati. Ada niat bercanda, tapi panggilan nama itu manis.

Sebenarnya.


Pintu lift terbuka, Jimin bersiul sambil berdiri tegak, tangannya tekan tombol lift untuk pintu tetap terbuka,

Suga diam, ekspresi datar seperti biasa. Tanpa emosi, Jimin senyum kecil karena merasa Suga manis sendiri.

"Bye untuk hari ini?"

"Ya, langsung tidur."

"Iya, langsung tidur juga kamu,"

"Mau atur buku penjualan," Suga melipat tangan didada. Tapi tangan Jimin yang bebas tepuk pucuk kepalanya lagi,

"Ditunda, besok pagi lanjutnya."

"Gak, deadline,"

"Langsung tidur, Suga."

"Jimin, langsung tidur,"

Perdebatan kecil, Jimin reflek terkekeh, mengalah. Suga masih kukuh pada pendirian, wajah sombongnya bertahan.

"Oke, selamat tidur."

Rambut birunya sedikit diacak, sebelum Jimin melangkah keluar. Dan pintu lift tertutup dengan punggung Jimin jadi salam sampai jumpa.












Suga merasa suhu badannya meningkat. Bahkan tepukan di kepala efeknya setelah disadari jadi parah begini.








;

Jimin Park

Selamat malam
Hehe

Read
















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Chicken wingggggggggg
Besok uas dan mtk jam pertama
Winggggggf

Charm ㅡpjm x mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang