"Mocca, seperti biasa."
Kwon Hyuk tersenyum sekilas, sruput mocca hangat dari mug putih yang dibawa Suga tadi. Biru ada didepannya, duduk santai senderan pada bangku cafe.
"Masih ingat ternyata, aku kira lupa."
"Mustahil,"
Suga terkekeh sekilas, senyumnya mengembang manis sekali. Kwon Hyuk membalas tawa, menumpu dagu dengan tangan yang diletakkan diatas meja. Mulai tatap, halus.
"Rambut lo jadi biru, ada angin apa?"
"Ubah suasana hati,"
"Wah, Suga pernah patah hati?"
"Karena manusia,"
Keduanya reflek terkekeh berdua, Suga tidak sadar memperhatikan dalam senyuman orang asing yang muncul lagi dikehidupan.
"Banyak berubah lo, Yoongi."
Suga mengedikkan bahu, menggeser piringan dengan waffle dan garpu diatasnya; kedepan Kwon Hyuk yang sedikit menatap bingung awalnya.
"Makanan pembuka sebelum lunch? Aku traktir, ucapan selamat datang."
"Baiknya, terima kasih?"
Senyum Suga mengembang lucu, melipat tangannya di dada dan berujar semangat,
"Dean, penyanyi nomor satu ada di cafeku."
"Haha, jangan alay." Kwon Hyuk lantas terkekeh disela-sela kegiatan memotong wafflenya, Suga memperhatikan sebentar,
"Balik Korea karena jadwal tour?"
"Ya," Kwon Hyuk angguk sekilas, gigit waffle yang ditancap di garpunya sedikit. Menatap kembali Suga yang beralih manggut mengerti.
"Dean," celetuk Suga rendah,
"Hoi, panggil Kwon Hyuk,"
Suga geleng kepalanya, "Lo tadi bilang Suga,"
"Kenapa, Yoongi?"
Suga menjetikkan jari sekilas, "Kehidupan Amerika gimana?"
Kwon Hyuk mengalihkan pandangan sejenak, "Biasa, hampir sama disini,"
"Bohong,"
"Ya, pemandangan wanitanya beda lagi sih."
"Kan, bajingan."
"Hei, teman lama jomblo nyaris dua puluh lima tahun. Bajingan apanya?"
Suga mencebik, lengan kemeja putihnya digulung siku, rambut biru dikibas kebelakang. Kebiasaan sumpek, panas dan Kwon Hyuk terdiam memperhatikan,
"Gak usah bohong soal jomblo, cincin di jari manis kiri jadi bukti,"
Uhuk, Kwon Hyuk lantas terkekeh. Awalnya diam karena Suga berujar ketus sekali. Suasana menghangat karena Kwon Hyuk memilih bercanda sedikit lempar gulungan tisu yang di pegang.
"Kenapa gak bilang? Tunangan disana tanpa undangan,"
"Media bahaya bisa tau, nanti jadi masalah berat,"
"Pengecut,"
"Ck, privasi bodoh."
Kwon Hyuk berdecak dan tangannya naik sekilas sentil dahi Suga yang reflek mengaduh pelan. Tapi lantas rambut birunya diacak, tertawa lembut layak seorang kakak.
ya, cinta pertama Suga selembut ini.
"Yoongi,"
"Ya?" Suga memiringkan kepala, Kwon Hyuk sedikit memasang senyuman tipisnya, lembut sekali.
"Hari ini free? Ngobrol dua puluh empat jam gak bosan kan?"
Suga diam sebentar, gak ada janji yang dia lupakan. Kan?
"Oke. Cerita kehidupan Amerika, bule-nim."
Lengan Kwon Hyuk ditarik sekilas, keduanya pagi itu menikmati obrolan berdua. Seterusnya, handphone Suga seperti biasa terlantar didalam ruang kerja,
Dan ada satu yang terlupakan, entah disengaja atau memang eksitensinya terasa samar.
Saat itu Jimin didalam ruang kerjanya sendiri, pandangan menerawang menatap polaroid seseorang berambut biru dengan latar belakang malam hari,
Foto favorit Suga yang diambilnya saat kencan pertama.
;
"Puas sekali ya,"
Suga mendecih sambil mengunci cafenya sendiri, masih malam selid memang. Tapi segalanya sudah habis, suasana dingin mendekati tahun baru memang buat tamu membludak.
Kwon Hyuk yang awalnya berdiri menyender pada tembok paralon sebagai pintu cafe, menghembuskan asap rokoknya santai begitu Suga menghadap.
"Langsung pulang?"
"Kemana lagi?"
"Taman dulu, ingat kan? Gak ada teman disini, ayo."
Kwon Hyuk tatap penuh harap, Suga hela nafasnya mengalah, beralih tangannya menarik mantel di bagian lengan Kwon Hyukㅡkebiasaan dulu, kalo memang mau tau.
"Jangan larut, sampai disana traktir sosis panas,"
"Siap, Yoongi."
"Kapan lagi ya ditraktir artis terkenal,"
"Sembarangan, nanti paparazzi bilang kita kencan gimana?"
"Memang mau dibilang kencan?"
Kwon Hyuk lantas menaikkan alis sebelahnya, "Siapa juga yang gak mau sama lo?"
Suga lantas menahan tawa, geli sendiri mendengar pernyataan pemuda rambut hitam legam yang kini merangkul bahunya. Santai sekali,
Karena kebiasaan lama.
Tidak sadar ada suara bidikan kamera, samar terdengar hilang ditelan kencangnya suara motor yang melaju. Saat itu pemuda dengan mantel hitamnya menurunkan kameranya sendiri,
Entah, pemandangan didepannya bukan sesuatu yang pantas untuk dilihat dengan keadaan perasaan curiga yang memakan akal sehatnya sendiri.
"Cinta pertama memang bahaya ya, sialan."
Jimin menampik keras anggapan dalam hati tentang rasa cemburu.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Kebayang gantengnya kwon hyuk mulu w. Kzl.
Sengaja menampilkan adegan mereka lebih banyak, dan mencoba cari vibes salah paham #halahP.s: Diketik dalam keadaan autis nyaris sejam bersamaan dengan chatime dan suara ketikan dua sista yang lain sibuk ketik novel mereka sendiri.