"Manis sekali ya kamu."
Gombal berlebihan, terlalu sering menghalus dan bahkan hari ini Suga jadi sedikit muak. Senang kok, pendamping hidup segini halus mulutnya siapa yang gak suka?
Jimin tertawa, keliatan kelas wajah Suganya yang merengut terganggu dengan tangan sibuk meletakan serbuk kopi di alat filternya.
"Jawab dong, manis."
"Diem, ribut"
"Lagi senang, gak bisa diem."
"Jimin!"
Layak asmr, Suga ngomongnya berbisik. Meyakinkan diri kalau gak ada yang terganggu dengan keadaan mereka yang begini, coba tebak.
Bayangkan posisi Jimin yang kurang ajar melingkarkan tangan halus di pinggang birunya, dagu santai menyender di bahu yang lebih tua.
Manis sekali, tapi sayang ini masih didalam bar cafe, Suga malu setengah mati. Tapi dia suka. Iya, anggap suka.
"Pulang dari sini, coba jagung bakar lagi mau?"
Ajakan tiba-tiba yang entah sekian lama terlupakan. Suga diam, berpikir sambil menatap espresso yang mulai memenuhi cangkir kecil.
"Tumben, ada angin apa?"
Iya, jawaban sinis yang keluar. Jimin terkekeh, reaksinya sesuai ekspetasi,
"Kangen tempat awal kita kencan berdua."
"Memang tempat kencan pertama disana?"
"Gak boleh gampang lupa,"
Sentilan halus di pucuk hidung dari jari Jimin, Suga semakin merengut. Aduh manis, Jimin nyaris gemas mati, diganti jadi terkekeh saking gemas, Suga lantas balas cubit lengan Jimin yang ada di pinggangnya.
"Jangan main sentil sialan,"
"Iya maaf, aku bilang lagi bahagia kan."
"Bahagia apa kamu? Lepas dulu, peluknya sesek."
"Gak, biar pembeli kopimu tau kamu punyaku."
Suga memasang wajah aneh, total aneh. Geli berlebihan karena Jimin lantas pasang senyum lebar yang terlihat bahagia sekali!
Bahkan pelukan dari belakang semakin erat, sialan. Mau tolak tapi gak mau lepas, pelukan Jimin saking nyaman.
Lantas Suga mengalah sih, memilih lanjut momen manis keduanya. Meletakkan cangkir kecil espresso di atas meja sebelum balik badan, balas peluk Jimin, biar bahagianya berkelanjutan.
"Udah dipeluk kan, tiga detik lagi lepas."
"Gak mau,"
Sialan, Jimin bahagia mati ketika otaknya berpikir sekali lagi, manusia yang baru saja peluk dia bakal jadi pendamping hidup setiap hari.
Mulai dari besok, bahagia jangan?
"Yasudah. Besok resepsi, kamu jangan capek. Habis ini pulang, ya?"
Kan, gak salah dia bahagia. Suga ngomongnya halus, tepuk kepala JiJimin mengedikkan bahu, biarin pelukan keduanya masih erat.
Syukurnya pengunjung cafe gak begitu ramai, hanya beberapa mahasiswi yang memilih mengalihkan pandangan,
Dan meraik gemas dari balik jaket, tidak kuat melihat momen pemilik cafe sederhana dengan seorang fotograferㅡPark Jimin?
"Iya besok resepsi, Suga."
