Jadi, bulan November memang biasanya meresahkan hati. Hujan terus menerus turun, hawa dingin seakan menusuk kulit. Beberapa orang lalu lalang dengan payung diatas kepala.
Dan Jimin disini, lari kecepatan sedang dan coat coklat yang kembung dibagian depan.
Iya, melindungi kamera.Surai hitam legamnya basah, dan kakinya menapak terakhir dipinggiran lantai cafe.
Cafe siapa lagi?
"Kesini lagi ya,"
Dan seseorang dengan surai biru yang mulai memucat udah senderan rapi diambang pintu cafe.
Jimin senyum sekilas, serahin kameranya dengan tangan basah, dan ternyata, kameranya disambut.
Bahkan lengan coat coklatnya ditarik hingga dirinya sendiri masuk kedalam cafe.
Waduh, malu juga ya diliatin dengan penampilan basah kuyup.
"Toilet ada dibelakang. Ambil baju yang ada di rak cokelat."
Suga berujar sambil bersihin kamera sedikit basahnya dengan lap. Jimin bahkan mengerjap sebentar, salah denger?
"Eh? Apa?"
"Ambil baju di rak cokelat samping toilet. Ganti. Basah kuyup lo."
Bisa disebut jackpot apa nggak?
"Wajar kan, lo rajin nabung disini."
;
"Thank you, Suga."
Suga sedikit mendongak, duduk santai di sofa pojokkan cafe, dan Jimin langsung jalan lurus kesana.
Baju hitam polos, bawa plastik besar isi coat dan kemeja basahnya.
"Ya, sama-sama."
singkat, Jimin terkekeh. "Aku kira kamu gak setiap hari disini,"
"Kecuali Sabtu dan Minggu."
"Bahkan ini Minggu?"
Bungkam, Suga mendecih samar. Matanya melirik kearah mocha dalam mug putih yang masih beruap panas. Hangat.
"Tuh, minum."
Singkat sekali ya, Jimin bahkan sekali lirik kearah mug putih rasanya bahagia berkali-kali lipat.
"Terima kasih lagi, Suga."
Suga jawabnya bergumam, menyibukkan diri dengan majalah lama. Surai birunya terayun menutupi setengah mata.
Jimin bahkan matanya gak lepas dari seorang Suga.
"Kena hujan dimana?"
"Iya? Coba ulang," Jimin sedikit merapatkan posisi duduk kedepan,
Suga liatin rambut hitam legam yang masih basah itu intens, dan bertanya sekali lagi,
"Kena hujan dimana?"
"Oh, taman dekat tempat kursus."
"Ngapain disana?"
"Cari referensi,"
"Tentang cinta tiga detik?"
Jimin angguk sekilas, senyum kecil, dan Suga sedikit mengernyit pelan,
"Cari referensi model?"
"Ya, rencana."
"Rencananya jalan?"
"Jalan, sudah ditemukan."
"Boleh liat orangnya?"
Suga penasaran, rasa ingin tahu yang besar. Tapi bahkan Jimin hanya tersenyum sekali lagi dan sekilas,
Ambil kamera dan shoot kearah manusia surai biru didepannya.
Sekali take, Jimin turunin kameranya. Suga gak bereaksi apapun, lucu."Baru aku dapat fotonya,"
"? Kapan? Yang kamu foto tadi itu aku,"
"Siapa lagi?"
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Udah ngekode ya. Dasar sok ngegas. Aslinya juga malu mati telak.