Gerald memijat kepalanya yang terasa berat. Sudah ke 11 kali ibunya menghubunginya, dan kesebelas kali itu pula ibunya meminta Gerald untuk segera memberikannya cucu, dan artian lain, menyuruhnya untuk mencari jodoh secepat mungkin.
Kepalanya kembali memanas saat mengingat perdebatan kecil dengan ibunya siang tadi.
"Pak Gerald," panggil seorang laki laki paruh baya yang merupakan tangan kanannya, Fedri. "Nyonya Anandya datang kemari secara mendadak, beliau datang untuk menemui Anda."
Gerald menghembuskan nafasnya panjang. "Mamah? Apalagi yang akan dia lakukan sekarang?Persilahkan dia masuk kemari."
"Baik." Pak Fedri mengangguk, membukuk kecil, dan lalu langsung keluar dari ruang kerja Boss nya itu. Tidak perlu lama hingga Pak Fedri datang kembali ke dalam ruang kerjanya, membawa seorang perempuan di sampingnya.
Perempuan itu terlihat sangat muda, tidak akan ada orang yang akan menyangka umurnya sudah mencapai angka lima-puluh tiga dengan penampilannya. Dia terlihat seperti perempuan berumur 30an.
"Mah," sapa Gerald berdiri dari kursinya. "Silahkan duduk, akan ku suruh Fedri untuk membuatkan kopi." Gerald segera menatap ke arah Fedri dan menyuruhnya membuatkan segelas americano yang merupakan minuman favorit ibunya itu.
"Tidak perlu!" tolak Ibunya itu tegas. "Tidak perlu lari dari pembicaraan ini. Kau sendiri pasti tahu mengapa ibumu ada kemari, bukan?"
Gerald menghela nafas dengan berat.
Istri. Lagi lagi dengan topik mematikan ini. Gerald kembali duduk di kursi kerjanya dan menyuruh Fedri keluar dari ruang kerjanya.
"Berapa kali harus kukatakan, kalau aku tidak ingin menikah sekarang?" tanya Gerald dengan lelah.
"Dan berapa kali juga mamah harus mengatakan kalau mamah ingin segera memiliki cucu?" tanya ibunya tidak mau kalah. "Kau sudah mapan, tidak akan sulit untukmu mendapatkan seorang istri! Ingatlah umurmu, Gerald!"
"Astaga, umurku masih 28 tahun! Aku belum setua yang mamah pikirkan!" bantahnya. Sekarang giliran Nyonya Anandya yang menghela nafasnya kasar. Dia menatap putra semata wayangnya dengan tajam.
"Kau tahu Silvia Seldany?" tanya ibunya.
"Maksud mamah, anak dari salah satu teman mamah? Aku tahu, ada apa dengannya?" tanya Gerald.
"Dia akan menjadi istrimu."
"APA!?" tanya Gerald tidak percaya. "Mamah tidak bisa memutuskan seenaknya! Apalagi menentukan istriku semau mamah! Aku tidak setuju!"
"Mamah tidak menerima pembantahan! Kalau kamu tidak mau mamah jodohkan dengan Silvia, maka cepatlah cari seorang jodoh untukmu," balas ibunya tegas. Memang ibunya itu memiliki sifat keras kepala, namun tidak pernah sekeras kepala sekarang. Gerald yang biasa dapat mengatasi sifat ibunya itu kali ini kewalahan menghadapinya.
"Mah, aku bilang aku masih menikmati masa lajangku ini! Dan mamah tidak bisa memaksakan keinginan mamah kepadaku."
"Tentu aku bisa, kau anakku Gerald! Dan seperti tadi ku bilang, aku tidak menerima pembantahan," ucap Anandya. "Besok, adalah ulang tahun mamah yang ke 54, kalau besok kau tidak membawa calonmu, maka aku akan menjodohkanmu dengan Silvia. Semuanya ada di tanganmu, Gerald."
Gerald tertegun diatas meja kerjanya menatap tumpukan kertas yang berisi informasi tentang Silvia Seldany dengan tidak tertarik. Gerald berseru frustasi, merobek sekumpulan kertas itu dan melemparnya ke tempat sampah.
Sialan!
------
Gerald bekerja hingga jam 2.30 malam untuk melampiaskan seluruh emosinya kepada tumpukan kertas kertas pekerjaannya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 3.00 malam hari dan emosinya belum kunjung mereda juga. Kesal bertumpuk tidak nyaman, ditambah hujan yang sangat deras, semakin saja membuat hatinya kesal.
Dilajukan mobilnya membelah jalan tengah malam dengan cepat.
Gerald tahu ini sudah subuh dan semua toko toko pasti sudah tutup semua, tak terkecuali sebuah toko kecil yang menjual roti kesukaannya. Satu satunya hal yang bisa meredakan stressnya disaat ada masalah.
Dan otaknya dipenuhi oleh bayangan sebagaimana enak rasanya kalau dia bisa menghilangkan stress di kepalanya secepat mungkin, yang dengan begitu pasti bisa membuatnya berpikir dengan jernih cara keluar dari perjodohan gila ibunya. Tanpa sadar, kakinya menancapkan gas menuju ke toko roti Bu Dian.
Dan sesampainya di dekat toko itu dia baru menyadari kebodohannya.
Apa yang akan kau lakukan berdiam di depan toko roti yang sudah tutup, bodoh?
Gerald hendak memutar arahkan mobilnya menuju jalan ke rumah sampai dia melihat sesosok gadis sedang meringkuk sambil memeluk dirinya sendiri di depan toko roti Bu Dian.
Perempuan? Gelandangan kah?
Awalnya Gerald memutuskan untuk mengabaikannya, namun sesuatu dari tubuh perempuan itu menarik perhatiannya.
Astaga ada apa dengan luka itu? Apa dia korban penyiksaan? Kecelakaan? Atau bahkan dia korban pemerkosaan!?
Gerald segera menyampingkan mobilnya lalu dihampirinya perempuan itu.
"Kau! Kau tidak a-"
Dia pingsan.
----
Kemarin Gerald membawa perempuan itu kembali ke rumahnya. Diserahkan olehnya pengobatan perempuan itu kepada Bi sati, membuatnya yakin kalau perempuan itu pasti aman. Dia yakin, namun entah mengapa dia tidak bisa fokus ke pekerjannya dan terus menerus memikirkan tentang perempuan yang baru semalam ditemukannya itu.
"Pak? Pak Gerald?" sapa Fedri untuk kesekian kalinya.
"Ya? Ada apa Fedri?" tanya Gerald.
"Anda sepertinya sedang ada masalah hari ini, Anda terdiam dan banyak melamun sepanjang hari," kata Fedri. "Apakah ada masalah yang mengganggu Anda?"
"Tidak. Saya tidak apa apa."
"Lebih baik Anda tidak terlalu membebani diri Anda sendiri, Pak," saran Fedri. "Apalagi mengenai perjodohan yang akan dilakukan Nyonya Anandya malam ini. Beliau pasti tidak akan serius melakukannya, beliau hanya ingin mendorong Anda untuk lebih cepat membuat keluarga Anda sendiri."
Gerald menghela nafasnya panjang. Tidak mungkin ibunya hanya bercanda tentang perjodohan kemarin, perempuan itu terlalu serius untuk membuat lelucon tidak lucu seperti itu.
Gerald menghela nafasnya panjang.
Tiba tiba di benaknya muncul wajah perempuan yang baru diselamatkannya kemarin, lagi.
Gerald mendapatkan sebuah ide.
Gerald mengeluarkan ponsel, membuka foto perempuan yang diselamatkannya kemarin lalu memberikan ponselnya dengan gambar perempuan itu kepada Fedri.
"Awalnya niatku untuk mencari tempat tinggal perempuan ini di kantor polisi, namun tidak jadi," kata Gerald. "Cepatlah cari tahu tentang perempuan ini, cari semua informasi tentangnya bahkan sampai privasinya sekalipun. Kalau sudah, berikan semuanya kepada saya!"
"Saya akan jadikan perempuan itu istri saya."
.
Maafkan updatenya jam segini. Aku bener bener lupa blom update hari ini dan ingetnya waktu jam 2 kurang tadi. Alhasil malem banget deh.. 😅😅 maapkan ya semwaa
Happy reading 🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...