Pagi itu Dera bangun seorang diri. Gerald sudah tidak ada di sebelahnya, meninggalkan Dera sendirian. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, dia pasti sudah pergi ke kantor.
Dera tidak memiliki kesempatan untuk bertanya kepada Gerald mengenai semalam, tentang mengapa dia pulang begitu larut, mengapa dia pulang dengan keadaan mabuk, dan mengapa dia pulang dengan bekas lipstik seseorang di lehernya.
Dera merasa kesal dan frustasi. Dia memiliki sesuatu mengganjal di hatinya, namun tidak diutarakannya. Dera menghela nafasnya panjang
Dengan lesu diaturun dari kamarnya dan menuju lantai bawah.
Namun betapa kagetnya dia saat melihat di bawah masih ada Gerald yang sedang terduduk di meja makan. Lelaki itu tampak begitu terburu buru bahkan makanannya pun tidak dihabiskannya dan bergegas berjalan untuk mengambil sepatunya.
"Gerald!" panggil Dera.
Gerald tiba tiba menghentikan gerakannya lalu memfokuskan dirinya kepada Dera. Laki laki itu menghela nafas panjang lalu berdiri dan menghampiri Dera yang sedang mematung di belakangnya.
"Ada apa?" tanya Gerald. Lelaki itu tampak kelelahan dan begitu lesu, namun Dera tidak begitu memperhatikannya karena amarah mulai mengonsumsinya.
Ada apa?! Dia masih bisa bisanya bertanya ada apa? Rasanya Dera begitu kesal sehingga tangannya gatal untuk memukul suaminya di depannya itu.
"Sungguhkah itu yang kau katakan? Rasanya aku ingin tertawa," kata Dera. Berkali kali Dera harus mengingatkan dirinya sendiri kalau dia harus bisa menahan emosinya, dia harus tau alasan dari perlakuan Gerald semalam, karena dia tidak ingin hubungannya dengan Gerald kembali hancur seperti dulu karena kesalah pahaman.
"Apakah kau tidak akan menjelaskan sesuatu kepadaku? Tentang semalam?" tanya Dera. Tatapan Gerald semakin menggelap, dia terlihat begitu kacau. "Aku sangat yakin bahwa kau memiliki hutang penjelasan kepadaku."
"Dera, kita bahas ini nanti malam, aku benar benar harus pergi ke kantor sekarang," kata Gerald.
"Jangan mecoba kabur dari pertanyaanku," kata Dera mencoba mencegah. Gerald berkali kali melihat jamnya terlihat resah
"Aku tidak sedang kabur darimu," kata Gerald sambil memegang pundaknya Dera lalu mencium pipi perempuan itu lembut. "Karena aku tahu aku sendiri memiliki hutang penjelasan kepadamu."
Di sana ada sedikit jeda dimana Gerald berpikir dan lalu menghela nafasnya panjang.
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa semuanya bukan salahku, namun tidak juga bahwa sepenuhnya aku yang melakukannya, karena ini terjadi diluar kemauanku, Sayang. Aku tidak bisa mengatakan apapun kepadamu sekarang, karena aku pun belum mengetahui kebenaran semuanya, namun satu hal ini percayalah, aku tidak melakukan apa apa dengan perempuan lain, kau mengerti?" tanya Gerald sebelum mencium pelan bibir Dera.
Saat saat seperti ini, Dera begitu membenci dirinya sedniri. Dia yang selalu lemah di depan pesona Gerald, dirinya yang begitu kalut dalam perasaannya terhadap Gerald sampai rasanya begitu susah untuk melawan kata kata yang terdengar begitu manis dari bibir laki laki itu. Dera membenci dirinya sendiri, apalagi hatinya yang diperlakukan bagaimanapun, akan selalu luluh kepada Gerald.
"Ada orang yang aku harus temui hari ini, dan dia datang ke kantor jam 9.30, hanya perbincangan mengenai bisnis dan dia adalah rekan bisnis yang sangat berharga bagiku, aku tidak bisa mengingkari janji pertemuan kita. Tidak akan lama, sampai jam makan siang aku sudah akan berada di kantor dan bekerja seperti biasa. Datanglah ke kantorku pada siang hari, dan nanti kita akan berbicara bersama, oke?" bisik Gerald pelan.
"Kau akan menjelaskan semuanya kepaku saat itu, bukan?" tanya Dera. Gerald tersenyum lembut.
"Aku berjanji. Aku akan menyelesaikan semuanya dan nanti malam aku akan mengajakmu pergi makan malam, sebagai permintaan maafku karena membuat istriku ini menunggu sepanjang malam." Sekali lagi Gerald mencium bibir Dera lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...