Semenjak kepulangan mereka kembali ke Indonesia, Gerald belum sekalipun menginjakkan kakinya kembali ke dalam rumahnya. 3 hari sudah berlalu, namun laki laki itu masih tetap menyibukkan diri di dalam kantornya dengan masalah di sana. Dia habiskan setiap malam bermalam di kantornya sendiri, tidak terlihat tanda tanda dia akan kembali ke dalam rumahnya dekat dekat ini.
Sepertinya, laki laki tidak sadar ada seorang perempuan yang sedang menunggunya dengan khawatir kembali di dalam rumahnya setiap hari.
"Dera, kamu tidak akan tidur? Ini sudah jam 1 malam," kata Bi Sati. Wanita paruh baya itu terlihat sangat kelelahan.
Selam tiga hari berturut turut, Dera menunggu kepulangan Gerald dari balik jendela ruang tamu lantai dua ditemani oleh Bi Sati. Dia menunggu masuknya mobil hitam Gerald ke dalam area parkir mansion besarnya itu, akhirnya pulang ke rumah.
Namun 3 hari penantiannya tidak membuahkan hasil apa apa. Laki laki itu tidak pulang sama sekali.
Dera sudah beberapa kali mencoba menghubungi Gerald, tidak sampai meneleponnya karena dia tidak ingin mengganggu pekerjaan Gerald, namun dia mengirimnya beberapa pesan yang berisi pertanyaan kapankah dia akan pulang, serta mengingatkannya untuk tidur dan makan setiap hari. Tapi sampai sekarang, belum ada satupun pesannya yang dibalas Gerald.
2 hari yang lalu Fedri datang untuk mengambil beberapa baju Gerald, dan saat itu Dera langsung tahu bahwa Gerald tidak akan pulang dalam waktu dekat. Dia mengetahui itu, namun mengapa rasanya begitu menyiksa menunggunya seperti ini setiap malam?
Tidak bisakah dia menjawab satu atau dua pesanku? Atau minimal memberi tahukanku bagaimana kabarnya sekarang dan kapan dia akan pulang ke rumah ini bersamanya.
Tolong jangan membuatku tersiksa menunggu seperti ini!
"Tidak Bi, Dera mau menunggu sebentar lagi. Mungkin saja dia pulang hari ini," kata Dera berharap. Bi Sati menguap untuk kesekian kalinya. "Bibi tidur duluan saja, Dera tidak apa kok menunggu Gerald sendiri," kata Dera tidak tega melihat wanita itu terlihat sangat lemas.
Dera sendiri sebenarnya sudah merasa sangat mengantuk, bisa saja dia langsung kembali ke kamarnya mengingat selama ini Gerald juga tidak pernah pulang dan penantiannya berujung sia sia setiap malam. Namun sesuatu mengatakan kepadanya untuk menunggu laki laki itu sebentar lagi saja. Dan Dera mengikuti apa kata hatinya.
"Benar kamu tidak apa Bibi tinggal sendiri?" tanya Bi Sati. Dera mengangguk dan menunjukkan senyumnya ramahnya.
"Ya sudah, Bibi balik dulu ya, Dera. Bibi mengantuk sekali," kata Bi Sati beranjak dari sofa. "Kamu jangan tidur terlalu malam, nanti kau akan sakit, Dera." Dera mengangguk.
"Sebentar lagi saja, sesudahnya Dera akan langsng tidur." Bi Sati membalas mengangguk dan langsung berjalan pergi ke kamarnya di lantai 1.
Sekarang hanya tersisa Dera yang masih terjaga. Dia menunggu Gerald sembari membaca beberapa novel dari perpustakaan rumah Gerald. Ruangan itu terasa sangat sunyi, hanya suara detikan jam yang menemani sesi membaca larut malam Dera.
Perempuan itu tenggelam ke dalam imajinasinya. Dia membaca novel percintaan tentang seorang perempuan yang menunggu kekasihnya untuk kembali kepadanya setelah perpisahan bertahun tahun lamanya.
Kedaannya persis seperti perasaanku sekarang, hanya berbeda mereka berpisah bertahun tahun sedangkan aku hanya 3 hari, batin Dera
Berhentilah memikirkan laki laki yang bahkan tidak sedang memikirkan tentangmu, Dera! Gerald pasti sedang sibuk bekerja dan dia tidak mungkin ingat kepada Dera yang sedang menunggunya dirumah. Tidak mungkin. Namun bayangan laki laki itu tidak bisa hilang dari benaknya.Bahkan kata kata pedas yang sering dilontarkannya, terasa seperti kata kata manis yang membuatnya semakin saja merindukan sosok seoang Gerald. Dera ingin menjerit frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...