Chapter 8

599K 27.8K 388
                                    

Dera menunggu sendirian semenjak Gerald berangkat ke kantor pagi tadi. Benaknya selalu dipenuhi oleh pikiran pikirannya, entah itu yang positif atau negatif. Walaupun Dera sendiri menyadari kebanyakan pikirannya menjatuhkan dirinya sendiri.

Tentang keluarganya, tentang pilihannya, tentang Silvia, dan tentang segala hal yang masuk ke dalam pikirannya. Dera memiliki kebiasaan untuk memikirkan suatu masalah berulang ulang, memikirkannya kembali, membuat pikirannya semakin negatif dan semakin negatif.

Sebagian besar waktunya di rumah hanya dipenuhi oleh kesibukan menghindari pertemuan dengan ibunya dan menghabiskan waktunya di dalam kamarnya seorang diri. Rasanya sangat sulit untuk mencari kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran buruknya.

Dera menghela nafas berat dan lalu memutuskan untuk beranjak dari sofa.

Dia melihat kembali seisi rumah yang baru semalam ditinggalinya. Pertama kali di dalam hidupnya dia berada di rumah semewah ini. Orang tuanya bukanlah orang kaya, rumahnya juga bukan rumah mewah yang bisa mengisi banyak orang di dalamnya. Hanya rumah kecil yang menyedihkan. Rumah kecil yang selalu menyakitinya.

Setelah berdiam diri beberapa lama, akhirnya Dera memutuskan untuk menghampiri Bi Sati yang sedang bekerja membersihkan kaca.

"Bi," panggilnya.

"Non pagi, ada apa?" tanya Bi Sati.

"Tolong jangan panggil itu, Bi, panggil aku Dera saja seperti kemarin kemarin ini," kata Dera. "Rasanya canggung dipanggil seperti itu oleh Bi Sati."

"Tapi , kamu sekarang sudah menjadi tunangan Tuan Gerald," katanya. "Sudah seharusnya Bibi memanggilmu setara dengan Tuan Gerald, Sayang."

"Walaupun aku menjadi tunangan atau istrinya Tuan Gerald sekalipun, tapi Bi Sati tolonglah untuk tetap panggilku Dera," kata Dera. "Kumohon."

Setelah menimang nimang jawaban beberapa saat, Bi Sati akhirnya terpaksa mengangguk saat melihat wajah Dera yang meminta kepadanya. "Baiklah, Dera." Dera terlihat senang.

"Bi," panggil Dera."Apakah semua orang di rumah telah mengetahui tentang pertunangan ini?"

"Tentu saja semuanya sudah tahu, berita ini sudah tersebar luas di bahkan seluruh dunia menjadi berita panas pagi ini," katanya. Mulut Dera terbuka lebar mendengar, dia tidak yakin dia siap dengan semua perhatian yang akan tertuju kepadanya. "Rekan kerja Tuan Gerald semuanya sudah mengetahuinya. Berita memang terbang dengan sangat cepat."

Dera merasa dirinya tertimpa beban 1 ton. Dera tidak nyaman menjadi pusat perhatian, dan kali ini semua mata di seluruh Negara berpusat kepada wajahnya di majalah dan berita berita diluar sana.

Mungkin orang tuanya juga sudah mengetahui berita ini.

Tidak! Mereka pasti akan memaksa Dera kembali ke rumahnya.

Bi Sati menghampiri Dera lalu mengusap punggungnya pelan.

"Tenanglah, kau tidak akan apa apa. Semua orang, bahkan pembantu lainnya di rumah ini mengenalmu sebagai Dera Hawati, bukan sebagai Dera Destia. Aku tahu pasti kau tidak ingin kembali ke orang tuamu bukan?" katanya berbisik bisik.

"Dari mana bibi tahu itu?" Bukankah hanya Gerald dan Pak Fedri yang mengetahuinya?

"Maaf, bibi kemarin sempat mendengar samar samar pembicaraan kalian saat sedang menyapu lantai di depan ruang kantor Tuan Gerald," katanya. "Bibi berjanji tidak akan mengatakan ini kepada siapapun."

Dera tersenyum. Dia percaya kalau Bi Sati akan menjaga kata katanya.

"Bi, bolehkah Dera ikut membantu? Aku merasa sangat bosan berdiam diri sendiri saja," ucapnya.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang