Hari terasa berganti dengan begitu cepat. Sudah tiga hari lamanya Dera berada di atas kasur rumah sakit. Kakinya masih tidak bisa berjalan, namun dokter mengatakan bahwa dia sudah boleh keluar dari rumah sakit, walaupun dia masih harus bergerak menggunakan kursi roda.
Dera memutuskan untuk tetap diam di Singapura, tapi ditolak mentah mentah oleh Gerald.
Dua hari yang lalu mereka berdebat, dengan Dera yang tidak sudi kembali ke Indonesia, dan Gerald yang bersikeras ingin membawa Dera kembali ke Indonesia karena hanya di Indonseia Gerald bisa menjaga Dera dari siapapun itu yang mengincar nyawanya.
Dera tetap bersikeras untuk tetap tinggal di Singapura.
"Buktinya bahkan aku bisa menjaga diriku di sini selama 5 bulan penuh tanpa bantuanmu!" sembur Dera dengan emosinya yang berkoar koar.
"Karena dia belum datang selama lima bulan yang lalu, sekarang dia mengetahui lokasimu! Bahkan kakimu sudah tertembak! Kau pikir semuanya akan baik baik saja?" balas Gerald mencoba untuk menjadi tenang yang jelas jelas sangat gagal, karena dirinya sama sama gemas kepada Dera yang sangat keras kepala.
"Aku bukan anak kecil, dan aku bisa menjaga diriku sendiri," kata Dera tidak mau kalah.
Suasana di dalam kamar itu kian memanas, dengan emosi kedua belah pihak yang sudah mendominasi akal sehat.
Gerald tahu jelas jika dia membiarkan Dera diam di Singapura, dia akan merasa sangat khawatir bahkan tidur pun akan menjadi suatu penyiksaan baginya. Hatinya akan terasa berat meninggalkan Dera di Singapura.
Sedangkan Dera, dirinya tidak yakin bisa tetap menjaga sikap dinginnya jika kembali lagi ke Indonesia, apalagi ke rumah Gerald dengan sejuta kenangan tentang mereka hidup di sana. Sejuta memori, sejuta tangis, sejuta bahagia yang bersama sama pernah dialaminya disana.
Rasanya akan sangat tidak mungkin jika dia bisa menahan gejolak perasaannya di tempat itu, karena 5 bulan jauh dari kata cukup untuk membuat hati melepaskan diri dari Gerald. Dan Dera tidak ingin menjadi budak cinta Gerald yang bisa diambilnya dan disakiti kapan saja.
Karena itu sebisa mungkin ditolaknya paksaan Gerald.
"Ini bukan masalah sebagaimaan dewasanya dirimu! Kau ada dalam bahaya sekarang," kata Gerald.
"Dan aku sedari tadi mengatakan kalau aku bisa menjaga diriku dari bahaya itu!" balas Dera.
"Kau bukan hanya melawan seorang bocah yang mengancammu secara cuma cuma! Nyawamu bisa menjadi taruhan disini!" kata Gerald. "Tidakkah kau berpikir bahwa kau membawa dua nyawa!? Mungkin saja kau akan kehilangannya hanya karena sebuah kecerobohan kecil!"
Kata kata Gerald berhasil membuat Dera bungkam. Karena terlalu fokus kepada perasaannya, dia tidak ingat bahwa dia bertanggung jawab atas dua nyawa. Bahwa sekarang bukan nyawa dirinya saja yang menjadi taruhan.
Melihat Dera yang terdiam membuat nada Gerald melembut.
"Aku tidak akan memaksamu apa apa, terserah padamu kalau kau mau menghindariku sekalipun, aku hanya butuh kau untuk berada dekat dengan diriku supaya aku bisa menjagamu," kata Gerald.
Dera tidak bisa berkata apa apa.
"Ini demi anak kita," lihir Gerald pelan.
Dan dengan begitulah Dera setuju balik ke Indonesia, demi anaknya.
---
"Kita akan berangkat kembali ke Indonesia besok pagi. Kita akan beristirahat di apartemenku untuk sementara waktu. Tidak ada yang tahu kalau aku bekerja sama dengan orang lain membangun apartemen itu, Ellena tidak akan bisa menemui kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...