Chapter 21

486K 23.6K 458
                                    

Malam itu merupakan malam yang sangat berharga bagi Dera. Dia menghabiskan waktu yang sangat lama dengan lelaki yang dirindukannya memainkan piano sepanjang malam, meluapkan rindu akan satu dengan yang lain.

Barang besar itu sekarang sudah ditempatkan ke dalam rumah Gerald, memenuhi hampir seluruh area ruang tamu luas Gerald.

Setiap hari dentingan merdu piano membuat suasana rumah besar itu menjadi nyaman dan berwarna. Dera merasa sangat bisa memainkan piano setiap hari, setiap saat kapanpun dia mau. Namun tidak bagi Gerald, piano itu adalah sebuah malapetaka baginya. Pasalnya, setiap pagi Gerald harus berusaha sangat keras untuk sekedar berdiri dari kursi meja makan dan bertekad pergi ke kantor.

Dia sangat malas bekerja. Dia masih ingin mendengarkan permainan piano Dera lebih lama lagi!

Namun apa daya, begini pun Gerald adalah pembisnis yang professional, meninggalkan pekerjaannya, bukan sama sekali style Gerald.

Dia yang biasanya merupakan workcaholic, sekarang berubah menjadi DiamDiRumahHolic garis keras berkat Dera. Hanya karena perempuan itu.

Hubungan mereka semakin mengerat semenjak hari itu. Perhatian Gerald sekarang terbagi dua antara pekerjaannya dan istrinya. Fokus kepada pekerjaan sudah bukan ciri khasnya lagi, setiap jarinya jarinya mengetik di komputernya, selalu terbayang jemari perempuan itu yang sedang menekan tuts tuts piano di rumah. Gerald semakin ingin pulang!!

Kau gila, baliklah pada dirimu sendiri, bodoh!

"Kau sudah akan berangkat ke kantor?" tanya Dera yang baru saja turun dari kamarnya. Gerald mendengus keras, kenapa dia harus turun ke bawah? Rencanya pergi tanpa sepengetahuan Dera gagal, dan dengan begitu hari ini dia akan kembali dihantui oleh sosok Dera seharian. Gerald tidak mau!

"Iya," katanya.

"Padahal aku merasa sangat bosan di rumah sendirian sepanjang hari. Bi Sati pasti sedang bekerja dan aku terpaksa ditinggal sendiri. Mungkin terdengar serakah, namun aku sangat ingin menghabiskan waktu denganmu," kata Dera.

Dengan senang hati!!

"Aku masih memiliki banyak pekerjaan di kantor, jangan jadi anak manja, jalan jalanlah ke suatu tempat jika kau ingin. Kau ingat Pak Matro yang ku kenalkan kemarin? Dia akan menjadi supir pribadimu, kau bisa jalan jalan kemana saja. Dan ini," Gerald mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya. "Gunakanlah kartu kreditku untuk berbelanja."

"Tidak perlu, ini terlalu berlebihan," kata Dera. "Aku tidak enak menerimanya."

"Pakailah, kau sudah menjadi istriku, sudah kewajibanku membiayai kebutuhanmu, bukan?" kata Gerald. "Aku tidak menerima penolakan, pakailah dan gunakan semaumu. Aku harus segera pergi."

Sebenarnya, Gerald ingin menjadi satu satunya pria yang mengantar Dera kemana pun dia pergi, dengan begitu waktunya dengan Dera akan bertambah. Sunggguh sangat bukan Gerald meminta minta sosok seseorang berada di hidupnya, dia merasa menjadi orang yang sangat ketergantungan.

"Baiklah," kata Dera akhirnya. "Apakah kau tahu tempat makanan yang enak? Aku hanya akan nongkrong sebentar."

Tiba tiba bayangan toko roti ibu Dian terbesit di otak Gerald.

"Ada, sebuah toko roti di dekat jalan raya, bilang saja kepada Pak Matro, dia pasti tau tempatnya. Katakanlah itu toko roti favoritku. Ingatkah toko roti yang kau pakai untuk berteduh malam kau diusir dari rumah?" tanya Gerald.

Dera mengangguk. Tidak bisa dipungkiri terbesit kenangan di benaknya tentang toko itu. Kenangan buruk. Dera mencoba pikirannya itu cepat cepat.

Dia tidak bisa membuat Gerald semakin cemas.

"Jangan terlalu lama pergi," pesan lelaki itu sebelum pergi meninggalkan Dera.

Dera tersenyum simpul lalu mengganti bajunya untuk pergi berjalan jalan.

---

Dera akhirnya memutuskan untuk pergi sedikit lebih siang jam 1.30 siang.

Mobil yang Dera naiki parkir di depan toko roti Bu Bu Dian, dan saat Dera melangkah keluar daei mobilnya, wangi kopi langsung menyeruak menyambutnya.

"Pak, pulang dulu saja, saya nanti akan telepon bapak kalau saya sudah selesai," katanya. Pak Matro tersenyum dan lalu mengangguk. Dera menyukainya.

Mobil itu langsung melaju meninggalkan Dera. Setelah memastikan mobil itu benar benar pergi, Dera langsung berjalan masuk ke dalam toko. Di dalamnya hanya ada 1 kursi yang terisi mengingat hari itu adalah weekday dan masuk ke dalam jam kerja. Dera sempat berpikir bingung melihat seorang laki laki yang terduduk sendirian menggenakan hoodie hitam, dan dari balik jaketnya muncul kedikit baju seragam putih abu abu. Mengapa anak SMA sudah keluar jam segini?

Dera tidak menghiraukannya dan beralih ke arah jajaran roti yang terpampang lezat di kasir. Dia mulai memesan. "Satu caramel macchiato dan roti kopi hangat."

"Apa ada pesanan lain?"

"Tidak, itu saja. Terimakasih."

"Baiklah, semuanya jadi 23 ribu," kata penjaga kasirnya. Dera mengeluarkan secarik kertas 50 ribuan dan menyerahkan kepadanya. "Terimakasih banyak."

Dera tersenyum kepada perempuan kasir itu dan segera mencari meja untuknya. Dera mengambil meja yang berada tepat di belakang laki laki SMA itu, hitung hitung supaya tidak merasa begitu kesepian.

Kedua tangannya mulai membuka bungkus roti perlahan. Wangi, sangat sangat wangi. Dia mencoba menyicip roti itu dan benar rasanya begitu enak, roti terenak yang pernah Dera coba seumur hidupnya. Tidak terlalu manis, tidak juga terlalu polos. Selera Gerald sangat baik.

Ditambah dengan suasana sepi toko itu yang menangkan Dera.
Aku sangat merindukan suasana seperti ini.

Tiba tiba Dera merasakan sesuatu menggelinding di samping sepatunya, sebuah uang logam 1 ribuan.

Milik laki laki SMA itu kah?

Dera menaruh rotinya, lalu beranjak dari mejanya menghampiri lelaki SMA yang sedari tadi diam di tempatnya. Dengan ragu, Dera menepuk pundak lelaki itu membuat dia kaget dan melepaskan earphonenya. Dera tidak bisa melihat wajahnya karena hoodienya menutupi wajah laki laki itu.

"Apakah kau menjatuhkan uang seribuan ini?" tanyanya menjulurkan tangannya ke depan lelaki itu. "Uang ini menggelinding hingga ke mejaku tadi."

"Ah maaf, iya itu punya saya. Terima kasih telah mengambilkannya," kata lelaki itu.

Aku tau suara ini.

Lelaki itu mendongak untuk bertemu dengan mata Dera. "Termakasih sekali lagi. Maaf merepotk-"

Mata Dera membulat terkejut saat melihat wajah laki laki itu.

"Dera!?" kata lelaki.

"RIAN!?"

.
Follow me on instagram
Nnareina

Rian disini baru muncul aduh nostalgiaaa (semoga besok bs update Rian sekalian sama Carl, tapi kalau ngga bisa Carl aja yaaa)

Jangan lupa vote, komen, dan follow yaaa, thank youu

Love you all!!

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang