Chapter 6

616K 30.7K 461
                                    

Gerald menggenggam tangan Dera, berjalan menggiringnya memasuki gedung besar dihadapan mereka. Laki laki itu menyadari ketidak nyamanan Dera yang harus berjalan dikerumuni oleh wartawan wartawan berjumlah banyak di samping mereka. Berbeda dengan Gerald yang sudah terbiasa, ini adalah pengalaman pertama bagi Dera. 

Orang di luar sudah  cukup banyak, namun tidak ada bandingannya dengan orang di dalam. Setiap sudut dipenuhi oleh orang orang berbincang bincang, mengobrol dan berseri bersama entah itu masalah bisnis, entah itu kehidupan masing masing. Dera langsung menjadi gugup

Gerald menyadari tangan Dera yang mulai berkeringat. Dia mensejajarkan wajahnya setinggi Dera lalu berbisik di telinga perempuan itu.

"Tenanglah, ada aku," katanya pelan.

Dera mengangguk. "Iya, Pak."

"Gerald saja. Ingat kita disini datang sebagai kekasih." Dera mengangguk kembali. Gerald berjalan membelah kerumunan orang orang, pastinya masih menggenggam tangan Dera kuat.

Banyak orang menyapa Gerald, tidak, semua orang bahkan. Gerald menjawab mereka dengan sekedar jabat tangan atau senyum simpul dan langsung pergi melanjutkan jalannya. Dinginnya..

Mereka berjalan hingga ke sebuah sudut aula, tempat itu dihias dengan indah, ada sebuah sofa emas besar, karpet putih mulus di lantainya, sekitar itu dipenuhi oleh ornamen ornamen yang terlihat begitu elegan. Dera takjub melihat deretan hadiah yang terpampang di sana. Dan perempuan itu kembali dibuat berdecak kagum saat melihat seorang perempuan yang sangat cantik dan menawan menjadi pusat perhatian sedang  berbicara dengan orang orang di sekitarnya. 

"Mah," sahut Gerald. Ibu?! Dera melongo saat mengetahui perempuan cantik yang dipandanginya tadi adalah ibunda Gerald. Dia terlihat sangat muda! 

Wanita itu tersenyum lebar saat melihat wajah putra tunggalnya. "Akhirnya kau datang juga, sayang, mamah sempat menyangka kau akan telat," kata Anandya memeluk tubuh kekar Gerald.  

"Tidak mungkin aku akan telat pada ulang tahun ibuku sendiri," katanya. "Selamat ulang tahun, mah."

"Terimakasih, nak," kata perempuan itu. Matanya kini berbalik ke arah Dera dan lalu tersenyum lebar. "Lalu, siapakah perempuan di sebelahmu ini?"

"Perkenalkan, ini adalah Dera Hawati,

Tunanganku."

---

Dera membasuh wajahnya dengan kasar. Mukanya terlihat sangat merah. Perempuan itu kembali meringis pelan ketika mengingat betapa malunya dia saat di aula tadi. 

Sesaat setelah Gerald mengatakan bahwa Dera adalah tunangannya, semua mata langsung tertuju kepada Dera. Para laki laki mulai melihat ke arah Dera, menghakimi penampilannya. Sedangkan para perempuan menatap Dera sinis. Mereka tidak menyukainya. 

Mendapat perhatian adalah hal yang paling tidak Dera sukai, dia tidak suka kalau banyak orang menatap ke arahnya segaligus. Bahkan semasa sekolahnya, dia tidak bisa berkata kata pada saat presentasi karena gugup membuat bibirnya kaku. Dan kali ini bukan hanya di depan kelas, namun menjadi pusat perhatian ratusan orang di dalam aula besar iru. 

Dera kembali membasuh wajahnya dengan air. Berharap kalau saja air bisa menghanyutkan rasa malunya pula turun dari wajahnya. 

Dera mengeringkan mukanya, dan saat itu dia baru ingat bahwa wajahnya sedang dipoles make up.

Oh astaga!

Dera melihat wajahnya di kacanya, membuatnya terbingung bingung menatap pantulan wajahnya. Makeupnya tidak ada yang luntur sama sekali walaupun dia telah mengusap wajahnya dengan kasar sekalipun. Dia mengeluarkan kotak maskara yang diberikan Pak Rye kepadanya sebagai jaga jaga, dan membaca tulisan waterproof di sana. 

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang