Dera bangun pagi itu menemui Gerald sudah lengkap dengan jas dan kemeja kerjanya.
"Akhirnya kau bangun juga, kusangka kau akan tertidur seperti kerbau sepanjang hari." Kalimat Gerald menyambut indra pendengaran Dera yang masih setengah terbangun dari tidurnya.
"Ini masih jam 8 pagi, tidak ada kerbau yang bangun sepagi ini, Gerald,” kata Dera memprotes. Gerald tertawa dalam hatinya melihat penampilan Dera yang baru setengah terbangun dengan wajahnya masih begitu kusut dan acak acakan.
Oh astaga, dia sangat menggemaskan.
"Dera,” panggil Gerald, "flight kita ke Jepang jam 10 malam, sampai saat itu beristirahatlah yang cukup, karena besok akan menjadi hari yang sangat melelahkan." Dera mengangguk, masih sibuk mengumpulkan nyawanya yang tertinggal di dalam alam mimpinya. "Dan katakan kepada Bi Sati untuk membawa tas kerjaku. Jangan sampai tertinggal," katanya menambahkan.
"Kau akan bekerja saat di sana pun? Bukannya ini adalah liburanmu?" tanya Dera. Dia tahu kalu memang ada beberapa orang yang begitu menyukai pekerjaan, tapi hingga bekerja saat berlibur? Separah itu kah? Bukankah sangat rugi menghabiskan libur dengan begitu melelahkan?
"Tidak, hanya untuk berjaga jaga. Aku tidak ingin ada hal buruk terjadi pada pekerjaanku dan aku tidak bisa melakukan apa apa tentangnya nanti di Jepang." Dera mengangguk.
"Jam berapa kau akan kembali?"
"Mungkin sekitar jam 8,” jawabnya. “Kita akan berlibur 4 hari dan aku masih menyisakan banyak pekerjaanku," katanya. "Oh ya, dan saat aku pulang, aku ingin memakan masakanmu, makanya buatkanlah aku sop iga bakar sebelum jam 8."
"Mengapa kau ingin memakan masakanku?"
"Tidak bolehkah seorang suami meminta dibuatkan makanan oleh istrinya sendiri?" Wajah Dera merona merah mendengar kata kata Gerald, dia mencoba menutupinya, namun jelas sekali dia gagal. "Aku harus pergi sekarang. Jangan lupa sampaikan pesanku kepada Bi Sati, serta makan malamku."
Dera mengangguk, mengantar Gerald hingga ke teras, menunggu di depan rumah besar itu sampai mobil hitam Gerald benar benar menghilang ditelan jalan kompleks pagi.
---
Sepanjang hari Dera habiskan dengan membantu Bi Sati mengemas barang barang mereka. Pada awalnya Bi Sati menolak karena katanya itu adalah tugas yang diberikan Gerald untuknya, seperti biasa, namun bukan Dera namanya kalau tidak keras kepala. Dia memaksa dan Bi Sati pun pada akhirnya terpaksa harus membiarkannya.
Sampai sekarang Dera masih terpana dengan jumlah, harga, dan merk merk berkelas yang berjajar rapi di dalam walk in closet Gerald.
Channel, Zara, Gucci, Louis Vuitton, merk merk yang hidup hanya di dalam mimpi Dera kali ini berjajar rapi di hadapannya, berada di dalam jangkauannya. Bayangkan saja berapa uang yang akan didapatkan kalau menjual semua barang di dalam lemari besar itu. Ratusan juta mungkin.
Dera membayangkan sebagaimana menakutkannya bila suatu kali Gerald memintanya untuk mengembalikan semua uang yang telah diberikannya kepada Dera. Mungkin dia harus menjual semua barang barangnya atau bahkan ginjalnya untuk mengembalikan uang sebanyak itu.
"Dera," panggil Bi Sati.
"Ya?"
"Tidakkan kau perlu beristirahat? Kau akan berangkat malam ini, bukan? Kau butuh banyak istirahat." Dera melirik ke arah jam di dinding, menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 6.30 sore.
Sudah telat.
"Sepertinya tidak bisa, Bi," katanya. "Gerald menitip pesan kepadaku untuk membuatkannya makanan sebelum berangkat, sudah tidak ada waktu untuk beristirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...