Dera mengerjapkan matanya perlahan, membiasakan pandangannya dari sinar matahari yang terik memasuki matanya silau.
Dera merasakan rasa pegal di sekujur tubuhnya, dan saat dia sadar, pinggangnya sedang ditahan oleh sesuatu.
Atau mungkin seseorang?
Tangan Gerald melingkar di punggungnya, mendekap Dera erat kepada dadanya, membiarkan Dera mencium wangi lelaki itu yang begitu familier baginya. Perjanjiannya semalam dilanggar oleh Gerald.
Jantungnya berdegup terlalu kencang. Ya, terlalu kencang, karena seharusnya Dera sudah tidak boleh merasakan apapun kepada Gerald. Seharusnya Dera sudah memaksakan tubuhnya keluar dari dekapan Gerald yang terlalu nyaman. Tapi badannya terdiam kaku.
Angin pagi terasa begitu dingin membelai kulit, membuat Dera semakin tidak ingin keluar dari lengan hangat laki laki itu. Apalagi mengingat jika dia keluar dari dekapan itu, selamanya dia tidak akan kembali lagi kepada kehangatan itu.
Membayangkannya membuat sebuah sakit menyerang hatinya.
Tiba tiba Dera merasakan lengan Gerald bergerak sedikit dan matanya mulai terbuka perlahan.
Ego mendominasinya.
Langsung dengan cepat ditepiskannya tangan laki laki itu dan sesaat kemudian dia sudah keluar dari pelukannya, terpaksa harus merasakan kedinginan hawa pagi, dan terpaksa merasakan kerinduan akan kehangatan Gerald.
"Kau melebihi batas yang sudah kubuat," kata Dera dingin. Bahkan bantal yang seharusnya menjadi penghalang mereka, sudah terjatuh dengan naas di lantai.
"Hmm, apa?" tanya Gerald setengah sadar.
"Aku mengatakan bahwa kau telah melebihi batas yang sudah kubuat, aku ingat sekali sudah melarangmu semalam," kata Dera berkacak pinggang.
"Oh itu," gumam Gerald dengan nada mengantuknya. "Jangan salahkan aku, aku pun tidak sadar. Salahkan tubuhmu sendiri yang terlalu meenggoda."Dera menggembungkan pipinya kesal, yang sebaliknya malah membuat Gerald semakin tergoda untuk menerjang perempuan itu.
"Cepatlah berganti baju, kita akan terbang pagi kan? Dan jangan berbicara lagi kepadaku," kata Dera . Dia langsung masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Gerald yang sedang menatapnya lekat di atas kasur.
Gerald membuka ponselnya, menelepon salah satu bawahannya untuk mempersiapkan penerbangan untuk mereka.
---
Dera sekali lagi memijakan kakinya ke dalam rumah dengan sejuta kenangannya itu. Kambali lagi dirinya berpikir apakah semuanya sudah dilakukannya dengan benar? Apakah baik baik saja untuknya kembali ke dalam rumah ini?
Apakah hatinya, perasaannya, akan tetap tertahan terkendali?
Bisakah dia menolak Gerald? Jawabannya, pasti bisa. Tapi apakah hatinya bisa menolak Gerald? Dera tidak yakin.
"Beristirahatlah, Bi Sati akan membuatkan makan siang untuk kita," kata Gerald lembut. Tanpa menjawab apa apa, Dera berjalan menghampiri kamarnya, kamarnya sebelum dia berpindah ke kamar Gerald.
Kamar itu bukan favoritnya, karena dia selalu akan memilih untuk tetap tidur di sebelah Gerald.
Namun bukan lagi pilihan, ego terlalu mendominasinya. Dan hatinya selalu menjerit meminta Dera untuk tidak lebih mendekat kepada Gerald lagi, karena hatinya sudah cukup tersakiti. Mata sudah meminta hati untuk tidak membuka kepada Gerald, karena mereka telah terlalu sering merasakan perih menangis bermalam malam. Badan memohon kepada hati untuk tidak lagi membiarkan laki laki itu masuk, karena mereka sudah terlalu lelah dengan tubuh yang letih tanpa tidur bermalam malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...