Chapter 75

356K 17K 821
                                    

"Kita tidak bisa berlama lama disini," kata Gerald. "Ada satu tempat lagi yang perlu kau datangi."

Mata Dera membesar bertanya, "Ke mana?"

"Kau akan tahu nanti," kata Gerald sembari mengulurkan tangannya kepada Dera namun Dera tidak menerimanya. Dia menepisnya sembari memprotes.

"Nanti kau akan tahu, nanti kau akan tahu, terus saja sedari tadi kau bicara seperti itu," kata Dera bersungut. "Katakanlah ke mana, Gerald. Sekarang."

Gerald terkekeh kecil. "Dera, aku tidak bisa mengatakannya, tapi perjalanan kita kali ini tidak akan memakan waktu lama, kau akan tahu hanya dalam hitungan menit ke depan," kata Gerald. "Memang sebentar tapi tidak terlalu sebentar pula. Aku yakin kau memiliki segunung pertanyaan untukku bukan? Kau bisa nanti bertanya di jalan."

Dera ragu ragu mengangguk, mengingat kembali seluruh pertanyaan pertanyaan di benaknya yang telah dihilangkannya tadi. Mereka datang seperti sebuah banjir yang melanda. "Kau akan menjawab semuanya kan?"

"Aku berjanji," kata Gerald. "Sekarang ayo pergi, aku tidak ingin membuat siapapun menunggu."

"Kita akan pergi ke tempat seseorang?" tanya Dera.

"Sudah kukatakan, kau akan tahu nanti," kata Gerald sambil tertawa pelan dan lalu menarik lengan Dera lembut, menyusuri jalan bebatuan sampai kepada mobil mereka.

Supir, yang Dera belum sempat kenalan dengan, dia sepertinya langsung tahu kemana dia harus menyetir karena dengan satu anggukan dari Gerald, dia langsung melajukan mobilnya tanpa bertanya tujuan.

Laki laki berjas itu langsung memakai sepasang earphone, membiarkan Gerald dan Dera berbicara berduaan tanpa ada yang mengganggu. Dan Dera sangat menghargainya.

"Kau harus menepati janjimu. Aku akan benar benar bertanya panjang lebar dan kau harus menjawab semuanya," kata Dera sembari menatap Gerald tajam.

"Oh Tuhan, ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang," kata Gerald terkekeh sambil melepaskan kancing teratas kemejanya dan membesarkan AC mobil. "Silahkan dimulai, dari yang pertama."

Dera tertawa dalam hati melihat Gerald yang sangat serius mendengarkan interogasi kecil itu.

"Apa yang kau lakukan pergi selama 2 minggu? Apakah ada urusan yang begitu gawat sampai kau harus pergi selama itu tanpa sama sekali menghubungi atau menjawab panggilan panggilanku?" tanya Dera memicingkan matanya..

"Aku memiliki urusan dengan seseorang yang akan kita temui sesudah ini," kata Gerald. Bukannya menjawab, Gerald hanya membuat Dera semakin penasaran lagi kepada siapa yang akan ditemuinya setelah itu. "Dan mengapa aku tidak menghubungimu selama 2 minggu penuh?"

Gerald mencondongkan wajahnya ke arah Dera dengan lengan kanannya memegang dagu Dera. Sebuah senyuman penuh arti menghias wajahnya. "Karena, semakin aku merindukanmu, semakin akan terasa berarti saat kita bertemu lagi nantinya."

Gerald mencium bibir Dera lembut. "Aku merindukan ini," bisiknya sambil mengusap bibir bawah Dera dengan ibu jarinya.

Wajah Dera sebisa mungkin dibuatnya datar, walaupun dalam hati dia benar benar merasa seperti jantungnya akan copot karena berdegup terlalu kencang. Dan sepertinya usahanya untuk tidak menunjukkan perasaannya di permukaan wajahnya gagal total.

Gerald semakin tersenyum lebar saat melihat wajah istrinya yang kian memerah setiap detiknya.

"Aku juga rindu wajah tersipumu seperti ini. Semakin saja ku ingin menggodamu," kata Gerald hingga membuat Dera benar benar ingin berteriak frustasi.

"Aish berhenti! Aku masih ingin bertanya banyak kepadamu jadi jangan terus menerus mengerjaiku!" kata Dera bersungut. Gerald tertawa melihat wajah Dera yang semerah tomat karena malu dengan sisi lain dia mencoba untuk terlihat marah dan mengintimidasi.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang