Sepanjang hari kemarin mereka habiskan waktu mereka dengan berjalan jalan di sekitar Tokyo Tower dan mengelili beberapa tempat terkenal di ibu kota negri sakura itu. Malamnya,mereka terpaksa pulang lebih cepat karena Gerald ingin memakan masakan Dera ketimbang restauran restauran ternama, dan Dera terpaksa menurut. Walaupun dia belum puas berjalan jalan seharian, tapi dia tidak begitu masalah pulang cepat karena tertutupi oleh rasa bahagia saat Gerald mengatakan masakannya lebih enak dari sebagian besar restauran di Jepang.
Dan hari ini, Gerald kembali dibangunkan pagi pagi sekali oleh Dera yang kembali mengajaknya untuk cepat cepat pergi berjalan jalan.
Perempuan ini sungguh merepotkan.
Dera sendiri bingung, entah kepercayaan diri dari mana dia bisa memaksa seorang Gerald untuk lekas bangun dan berangkat bersamanya. Mungkin karena dia memang tidak ingin menghabiskan liburnya sia sia, atau memang karena dia sudah terlebih dahulu merasa nyaman dengan laki laki itu.
Entahlah. Dia tidak tahu.
"Kau mau kemana hari ini?" tanya Gerald menatap ke arah Dera yang kembali disibukkan dengan kertas tour nya.
"Bagaimana kalau hari ini kau yang memilih? Aku tidak enak kalau terus menerus aku yang menentukan destinasi kita."
"Tidak perlu sungkan, aku sudah menungunjungi negara ini berkali kali, sudah tidak begitu menakjubkan lagi bagiku. Kau saja yang memilih."
Perempuan itu mengangguk mengiyakan. Dia memusatkan kembali perhatiannya kepada tour guide di tangannya, merasakan sebuah rasa ketidakadilan dari hidup seorang Gerald Heston.
---
Setelah pertimbangan berabad abad lamanya, akhirnya Dera memutuskan untuk pergi ke Meijin Shrine pada hari keduanya. Sinar matahari musim panas menyinari kota Tokyo dengan panas yang luar biasa, namun hal itu tidak mengganggu Dera yang sangat bersemangat untuk mengabadikan fotonya di berbagai tempat di wilayah wisata itu.
Mungkin memori hpnya tidak akan bertahan lama dipenuhi oleh ratusan fotonya di Jepang.
"Gerald, aku ingin mencoba itu," kata Dera menunjukkan sebuah tempat yang menjual baju tradisional Jepang, kimono. "Boleh kan?"
Gerald mengangguk setengah hati karena jujur kakinya sudah serasa akan potong karena sudah berjalan sangat lama tanpa beristirahat. Ingin dia meminta istirahat sebentar, namun melihat wajah antusias Dera dia tidak tega.
Mereka memasuki toko kecil itu dan langsung disambut oleh beberapa pekerja. Gerald menyampaikan kepada salah satu pekerja toko itu bahwa istrinya ingin membeli sebuah kimono dengan bahasa Jepang yang fasih. Dera terkejut sekaligus takjub melihatnya.
Tidak lama beberapa kimono disondorkan kepadanya. Berbeda beda warna, ungu, kuning, pink, hijau dan banyak lagi. Mereka semua terlihat sangat cantik dengan corak unik pada masing masing pakaian.
"Aku ingin mencoba yang pink," kata Dera bersemangat, langsung berjalan ke arah fitting room beserta beberapa pekerja lain yang akan membantunya menyanggul rambutnya agar dia benar benar terlihat seperti seorang perempuan Jepang.
Beberapa menit kemudian, sosok Dera keluar dari balik tirai dengan kimono yang melekat di tubuhnya serta rambutnya yang sudah disanggul dengan jepit bunga bunga menghias puncak kepalanya.
Untuk kesekian kalinya, Dera membuat Gerald membeku ditempat.
Sungguh cantik sekali.
Siapakah sebenarnya perempuan ini? Bahkan Gerald yang berhati dingin pun bisa dilelehkan oleh pesonanya.
"Gerald? Ada apa? Kok melamun?" tanya Dera. Hatinya berdetak dua kali lebih cepat saat Gerald menatapinya, memandangi penampilan seluruh tubuh Dera seksama. Apa dia tidak menyukainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Dragoste"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...