Chapter 22

467K 24.7K 709
                                    

Dera melangkahkan kakinya mundur.

Begitu sialnya dia harus bertemu dengan Rian di tempat seperti ini, di waktu seperti ini dimana semuanya sudah terasa sangat indah bersama Gerald.

Apa yang harus dia katakan kepadanya? Apakah Rian akan membawanya kembali ke rumah lamanya?

Dera tidak mau!

Tapi lantas apa yang harus dikatakannya untuk menjelaskan tentang ini kepada Rian? Bahkan pernyataan Cinta laki laki itu saja belum dijawabnya.

"Dera? Benarkah itu dirimu?" tanya lelaki itu. "Tolong jawab aku, kemana saja kau selama ini!? Bahkan kau tidak pernah datang lagi ke sekolah. Tolong jangan diam saja, kumohon katakan sesuatu."

Dera mengambil nafas dalam, dia gugup. "A-aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, maafkan aku. Aku harus pergi."

"Tunggu sebentar!" Terbesit sebuah rasa sedih dari wajah Rian. "Apa ini ada hubugannya dengan Ellena?" tanyanya ragu. "Apa dia melakukan sesuatu kepadamu?"

Dada Dera terasa tertusuk sebuah panah tak kasat mata saat mendengar nama Ellena disebut. Semuanya terasa sesak seperti oksigen pergi mengosongi dadanya. Memori pahit tentang perbuatan adiknya mulai dari mengancamnya, sampai mengusirnya dari rumah kembali berputar di dalam otaknya seperti sebuah kaset rusak.

Tidak berguna!

Enyahlah! Dasar manusia tak berharga!

Aku muak dengan segala kelakuanmu. Mati sana!

Tidak bisakah sekali saja kau tidak perlu menghancurkan segalanya? Biarlah kita hidup bahagia di rumah ini tanpa dirimu!

"Dera?"

Aku tidak mengerti apa baiknya darimu!

Kau hanya sebongkah sampah hidup, manusia menjijikan!

Menjijikan

Menjijikan

Menjijikan

"Dera!?" panggil Rian keras.

"A-apa? Maaf aku tidak memperhatikanmu," katanya. Nafas Dera berubah berat dan Rian khawatir melihatnya.

"Apa kau baik baik saja? Kau terlihat sangat pucat," tanyanya khawatir.

"Tidak, tidak apa apa. Aku harus pulang," katanya cepat sambil mengambil tasnya dan bergegas keluar dari cafe itu. Tapi tangannya lebih dulu ditahan oleh Rian.

"Aku akan mengantarmu pulang kembali ke rumahmu."

Ke rumah setan itu.

"Tidak!" jerit Dera kencang. Para pekerja cafe menatap Dera kaget sekaligus kebingungan. Wajahnya semakin memucat.

"Duduklah dulu, minum ini," kata Rian pelan sambil memohon maaf lewat tatapannya kepada pekerja lain.

Rian menyondorkannya coffee lattenya dan Dera meminumnya pelan sambil mencoba menenangkan badannya yang bergetar kencang.

Dan usaha menenangkannya tidak berlangsung sia sia.

"Sudah tenang?" tanya Rian.

"Maaf," kata Dera, "Aku menjerit tiba tiba seperti tadi. Pasti kau merasa malu," katanya. 

"Tidak, tidak, sebaliknya aku ingin meminta maaf," kata Rian.

"Untuk?"

"Aku tahu kalau kau selama ini mencoba menjaga jarak denganku dan mencoba menjauhiku. Ellena, bukan? Dia tidak akan pernah membiarkanmu mendekatiku," kata Rian. Dera terkejut saat mengetahui kalau laki laki itu tahu erihal hubungan tidak harmonisnya dengan Ellena. "Namun aku tetap mendekat, aku tidak pernah mau mundur, tidak dari perempuan yang kusukai. Dan tanpa sengaja, aku melukaimu.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang