Tekan tombol ⭐ di bawah ini sebelum mulai membaca dan jangan lupa KOMEN supaya revisinya makin semangat 😘
Happy reading!!
---
Seperti biasa, Dera terbangunkan oleh sinar matahari yang menyusup dari jendela kamar apartemen. Seperti biasa dia bangun dengan lengan Gerald melingkar erat di perutnya. Dan seperti biasa juga, dia merasakan nafas hangat lelaki membelai lehernya lembut.
Namun tidak seperti biasanya, pagi itu sedikit berbeda.
Semuanya terasa seperti sebuah mimpi, begitu tidak nyata.
Pagi itu dia bangun dengan rasa hangat melebihi pagi manapun. Hawa pagi itu begitu dingin dan Dera terbangun tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya, namun bukan kedinginan yang dirasakannya, tetapi hanya rasa hangat berserta dengan rasa nyeri di beberapa bagian tubuhnya.
Kulitnya bersentuhan dengan kulit Gerald dan badannya pun merasa laki laki itu di sebelahnya.
Rasanya begitu sempurna.
Perasaan yang telah dipendamnya, dikeluarkan Dera dan diucapkan perempuan itu semalam. Walaupun sebenarnya, Dera takut. Dia takut akan terluka, seperti halnya dia yang mencintai keluarganya namun sebaliknya diperlakukan seperti sampah sebagai balasannya.
Dera keluar dari rumah dengan sejuta luka beserta seribu kekurangan lainnya, namun Gerald tidak pernah memasalahkannya. Dia tidak pernah merubah Dera menjadi sempurna, namun dia membuat perempuan itu mencintai dirinya dengan seluruh cacat di dalamnya.
Dan Dera tidak menyesal memberikan dirinya sepenuhnya kepada laki laki yang telah membuatnya merasa begitu berharga.
Perempuan itu membalikkan tubuhnya menghadap kepada suaminya yang masih tertidur begitu pulas.
Di wajah Gerald sekarang sudah tumbuh beberapa rambut rambut halus. Mungkin dia begitu membebani dirinya sendiri mencari Dera kemana mana sampai dia lupa untuk menjaga penampilannya.
Dera tidak bisa menahan senyumnya ketika mengingat kejadian beberapa hari yang lalu ketika Gerald dengan begitu memohonnya meminta Dera kembali ke rumahnya, meminta Dera untuk kembali hidup bersamanya.
Dera begitu tenggelam dalam pikirannya, semuanya terasa begitu ajaib.
Dia merasakan lengan Gerald bergerak dari perutnya dan dilihatnya mata lelaki itu mulai membuka perlahan. Bahkan dengan rambut acak acakan baru bangun tidurnya saja Gerald masih terlihat begitu tampan.
Apakah aku sedang bermimpi memiliki suami sesempurna dia?
"Jam berapa ini?" gumam Gerald mengumpulkan seluruh nyawanya. Dera mencari jam kamar lalu melihatnya, dia sendiri pun lumayan terkejut saat melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang.
"Jam 11," kata Dera.
"Aku lupa, aku seharusnya tidak mempercayaimu soal jam, aku sudah kapok dikerjai berapa hari yang lalu," kata Gerald. Dera mendengus pelan. Laki laki itu mengambil ponselnya dari atas nakas sebelah ranjangnya lalu menyalakannya.
Gerald mencoba mengedipkan matanya berkali kali, mengusap ngusap matanya sendiri. Dia tidak bermimpi.
Kapan terakhir kali dia bangun sesiang ini?
"Sekarang kau percaya kepadaku bukan?" kata Dera begitu merasa menang. Gerald hanya bisa mengusap mukanya pasrah.
"Kau tahu, Dera," kata Gerald memanggilnya. Dera langsung menujukan perhatiannya kepada Gerald yang sedang terlentang menghadap atap kamar hanya ditutupi oleh sebuah selimut dari pinggang hingga kaki. "Mau semalam atau sesubuh apa pun aku tertidur, aku pasti bangun pagi. Aku bukan seekor kerbau. Namun semenjak kau datang, aku merasa diriku menjadi begitu pemalas.
"Aku malas bekerja setiap mengingat kau ada di rumah, aku malas bangun dari kasur saat melihat dirimu tertidur begitu pulas di sebelahku, aku malas beranjak dari sofa karena mendengar dentingan piano permainanmu. Dan sekarang aku begitu malas untuk bangun pagi hanya untuk memulai aktivitasku, dan semua ini karenamu. Sebegitu berpengaruhkah dirimu kepada hidupku?" tanya Gerald.
"Ibuku saja kesusahan untuk membuatku istirahat dari kerja, dan kau tanpa usaha apa pun sukses membuatku mogok kerja."
Dera tertawa pelan melihat wajah gusar Gerald. Dia terlihat kepusingan.
"Aku lapar," kata Gerald tiba tiba. "Mungkin aku terlalu lelah setelah semalam penuh kita melakuka-"
Dera melempar bantal di sampingnya kepada Gerald.
"Sudah jangan dibicarakan lagi!" kata Dera dengan wajah merona merah. Rasanya dia begitu malu, namun sekaligus senang luar biasa. "Aku akan membuatkan makanan untukmu, jadi jangan berkata apa apa lagi."
Tetapi, saat Dera hendak beranjak dari kasur, dia merasakan organ bagian tengahnya berdenyut begitu sakit sampai dia terjatuh kembali ke atas kasur.
"Kau tak apa?" tanya Gerald cemas. Dera menggeleng pelan. "Aku seharusnya melakukannya lebih lembut untuk kali pertamamu."
Jadi akhirnya mereka memutuskan untuk membeli makanan online saja. Salah satu bentuk perhatian Gerald kepada Dera yang membuatnya merasa bahagia.
---
Siangnya mereka melanjutkan kembali jalan jalan mereka. Kali ini Gerald bersikeras kepada Dera untuk tidak terlalu melelahkan diri sendiri, bahkan dari sekian banyak tempat yang ingin dikunjungi Dera, Gerald hanya mengijinkan mereka untuk pergi ke 2 tempat hari itu.
Pertama pergi mengunjungi Buckingham palace, istana terkenal dengan dekorasi begitu Indah di sekitarnya. Selalu dipenuhi oleh orang orang berlalu lalang, entah itu wisatawan atau warga setempat yang berhilir mudik berjalan jalan di sekitar istana.
Dera berfoto foto ria, sudah tak terhitung berapa jepretan yang telah diambilnya. Dia berlari kesana kemari untuk mencari spot tepat untuk berfoto.
Sungguh jantung Gerald rasanya akan copot kalau hal ini terus berlangsung.
Karena akhirnya Gerald terlalu khawatir, laki laki itu membawa Dera sampai ke mobil dan membawa perempuan itu ke destinasi selanjutnya, sungai Thames.
Mereka menaiki perahu di sana sehingga Dera tidak bisa berlari lari kemana mana.
Akhirnya laki laki itu bisa bernafas lega.
"Gerald lihat! Anak kecil itu lucu sekali," kata Dera menunjuk ke arah tepi sungai. Ada dua orang anak kembar lelaki dan perempuan yang sedang berjalan jalan berpegangan tangan. Ibu mereka mengawasi dari belakang sembari kedua bocah imut itu saling bernyanyi ria satu dengan yang lain.
"Sepertinya istriku sudah ingin memiliki momongan," kata Gerald bermaksud memberi kode kepada Dera.
"Iya, semua perempuan pun pasti ingin, bukan?" tanya Dera. Dan seperti biasa Dera dengan begitu polosnya hanya tersenyum simpul tanpa mendapatkan satu pun ide akan keinginan Gerald.
"Kalau kau begitu ingin, mengapa tidak mempercepatnya saja," kata Gerald memberi kode pangkat dua.
Mohon mengertilah dan kembali bersamaku ke apartemen.
"Maksudmu, adopsi?" tanya Dera.
Rasanya Gerald ingin mati saja saat ini.
Kesabaran laki laki itu semakin menipis, dan akhirnya tanpa mengatakan apapun, Gerald mendayung perahu mereka dan menepikannya.
Laki laki itu tidak membiarkan Dera berkata apapun lagi, dan langsung membawa perempuan itu ke dalam kamar hotelnya...
(Author: tau lah ya ngapain *ngedip ngedip kaya orang gila*)
.
FOLLOW ME ON INSTAGRAM
Nnareina
Karena kemarin lupa buat update, jadi hari ini double up. Horreeeeee
Bang Gerald mulai main nyosor ae 😅😅
Gpp lah, halal...
Jangan lupa vote dan komen semuaa. Thank youuu
Love you all 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...