Sinar matahari bersinar begitu terik, memaksa Dera bangun dari tidur nyenyaknya.
Saat dia bangun, Gerald sudah tidak ada di sampingnya membuat perempuan itu bertanya tanya. Dera kembali mengingat tentang pernikahan kemarin.
Walaupun sebuah kebohongan, walaupun akan berakhir 1 tahun kemudian, tapi acara itu sukses membuat Dera merasakan rasa senang yang sudah lama tidak dirasakannya. Satu hal yang menganggunya adalah, ketakutan kalau anggota keluarganya tahu tentang pernikahan ini.
Bila hal itu terjadi, mereka pasti akan memaksa Dera kembali ke rumah lamanya, untuk kembali menjadi bantal pukulan mereka, pelampiasan mereka, serta alat untuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka tuntas.
Mengingatnya saja membuat Dera merasa ingin menangis.
Plakk!
Dera menampar wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Berhenti menangis, bodoh!
Dera bangkit dari kasur tidur dan bergegas berjalan menuju kamar mandi. Mandi dengan air hangat pada pagi hari sangat ampuh dalam membenarkan kembali moodnya yang kacau.
Dera baru sadar kalau dia berada di toilet milik Gerald. Seluruh peralatan mandi adalah untuk laki laki dan bahkan bajunya tertinggal di kamarnya. Astaga, aku harus kembali lagi. Namun, sebelum Dera meninggalkan tempat itu, dia melihat sebuah kotak berwarna pink pastel di atas tempat jemuran handuk di dalam kamar mandi.
Tertulis disana "pakaian ini untuk mandi"
Ternyata di dalamnya ada sabun dan shampoo perempuan yang keduanya wangi melon serta sebuah baju putih tshirt ringan dan sebuah celana legging selutut.
Perempuan itu tersenyum simpul. Dia akhirnya melangkahkan kaki ke bawah keran dan menyalakan air panas. Dera menikmati mandi paginya bersama dengan wangi maskulin Gerald menemaninya.
---
Dera segera turun dari kamar setelah menyelesaikan mandinya. Dia turun untuk mencari Gerald, namun yang dia temukan adalah Anandya yang sedang membaca majalah di ruang tengah.
"Mah," panggil Dera.
Anandya langsung menoleh dan memberikannya senyum termanis miliknya. "Dera sudah bangun, nak? Kamu mau makan sesuatu?" tanyanya. "Akan mamah buatkan sesuatu kalau kau mau."
"Tidak apa mah, tidak perlu," ucap Dera balas tersenyum.
"Dera sudah bukan anak kecil yang perlu mamah ingatkan untuk makan setiap pagi. Jangan memperlakukannya seperti anak kecil." Tiba tiba Gerald datang dan langsung merangkul pundak mungil perempuan itu.
"Jangan menasihatiku, Gerald," kata Anandya. "Kau tahu aku menginginkan seorang anak perempuan dari dulu. Salahkan mendiang ayahmu yang hanya ingin memiliki 1 anak saja."
Gerald tertawa pelan. Dera kembali dibuat merinding karena suara tawa Gerald terdengar begitu dekat dengan telinganya. Bahkan dia bisa merasakan nafas laki laki itu saat sedang berbicara.
"Tidak apa, mah, Dera masak sendiri saja," kata Dera.
"Kau suka memasak, Dera?" tanyanya. "Betapa beruntungnya mamah bisa mendapatkan menantu yang membagi hobi yang sama dengan mamah. Ayo memasak bersama."
Perempuan itu langsung merangkul Dera, mengambilnya dari dekapan Gerald dan mengajaknya pergi ke dapur. "Diamlah di meja makan, Gerald. Kau yang akan mencobai masakan kami nanti."
Dera tersenyum kecil melihat betapa lucunya hubungan ibu dan anak itu.
Dera merasa rendah saat melihat keahlian memasak ibu mertuanya itu. Dia sangat terlatih, tangannya dengan cekatan mengambil macam macam bumbu dan mencampurkannya bersama menjadi sebuah rasa yang begitu enak. Dia seperti seorang chef professional. Dera berharap Gerald bisa menyukai makanannya walaupun dia yakin tidak sebaik milik Anandya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]
Romance"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 18 tahun yang selalu bermimpi menginginkan sebuah keluarga yang bahagia. Mimpinya tidak pernah terkabulkan. Hidupnya sangat berantakan karena...