Chapter 39

448K 22K 618
                                    

Tekan tombol ⭐ di bawah ini sebelum mulai membaca dan jangan lupa KOMEN supaya revisinya makin semangat 😘

Happy reading!!

---

Seminggu di Inggris berjalan secepat kilat dan sekarang akhirnya mereka kembali ke Indonesia, melanjutkan hari hari dipenuhi oleh aktivitas biasa mereka.

Hari ini Gerald akhirnya kembali bekerja setelah meliburkan diri sekian lama, yang tidak Dera pungkiri, dia merasa sedih.

Dera sebenarnya merasa kesepian jika kembali ditinggalkan oleh Gerald. Rasanya dia ingin merengek seperti seorang anak kecil meminta Gerald untuk tidak pergi ke kantor dan menemaninya di rumah. 

Namun dia lebih dewasa dari itu. 

"Dera, kau tahu dimana jam tanganku?" tanya Gerald sambil memperbaiki jas yang digunakannya. 

"Diatas meja ruang tamu," kata Dera berteriak dari arah sofa. "Kemarin Bi Sati menaruhnya disana."

Gerald segera mengambil jam tangannya dan berjalan cepat menuju pintu rumah. Dia hampir telat menghadiri rapatnya. 

Sebenarnya bukan masalahnya jika Gerald datang telat, toh dia adalah pemilik perusahaannya. Namun Gerald tidak suka membuat orang menunggu. Dia selalu berusaha untuk menepati janji sesuai waktu yang sudah ditentukannya. Makanya Gerald setengah berlari menuju pintu rumah, bahkan masih menyisakan bebrapa sendok sarapan di atas meja. 

Pagi itu dia bangun kesiangan karena begitu lelah melakukan kegiatan suami istri bernama Dera semalam suntuk. Akhirnya dia bangun jam 9 dan saya dia membuka matanya, barulah Gerald sadar kalau jadwal rapatnya ada pada jam 9.40 pagi.

Sungguh hari pertama kembali bekerja yang sial.

Tiba tiba Gerald merasakan sebuah pelukan mendekap punggungnya. Siapa lagi kalau bukan Dera.

"Dera, aku sudah hampir telat," kata Gerald. Kumohon jangan membuatku semakin keberatan meninggalkan rumah!

Dera tidak bergerak dan terus memeluk Gerald erat. "Aku tahu aku begitu kekanak kanakan, tapi apakah salah jika aku ingin kau tidak pergi ke kantor meninggalkanku sendiri di rumah?" gumam Dera samar samar.

Gerald tidak berdaya untuk menahan senyumannya. Rasanya begitu aneh Dera bermanjaan kepada dirinya, namun dia menyukainya.

"Istriku satu ini sungguh..." kata Gerald sambil memutar balik tubuhnya. "Aku harus pergi sekarang namun jika rapatnya sudah selesai, aku akan berbicara sedikit dengan Fedri (asisten Gerald kalo ada yg lupa) dan aku akan segera pulang membawa pekerjaanku ke rumah. Dan saat aku sampai aku ingin kau berada disebelahku sambil memijat punggungku atau memainkan pianomu sembari menemaniku menyelesaikan pekerjaanku, mengerti?" 

Dera mengangguk. Sebuah senyum tercetak cantik di wajahnya.

Gerald merasa tergoda dengan bibir Dera yang terlihat begitu manis. Dia menunduk dan lalu mencium bibir Dera sekilas, berhati hati agar tidak membangkitkan hawa nafsunya kembali. Apa yang bisa diharapkan, Junior Gerald bahkan bisa langsung menegang hanya karena melihat Dera dengan kaus oblong membereskan baju mereka si atas kasurnya, lebih parah lagi kalau mereka bericuman panas seperti yang akhir akhir ini selalu mereka lakukan setiap malam.

"Bersabarlah dan tunggu aku di rumah," kata Gerald.  "Aku berjanji tidak akan lama."

Dera kembali mengangguk. Dan setelah itu keduanya langsung berjalan keluar dari mansion. Sebelum mobilnya pergi keluar dari garasi, Gerald berkata pelan. 

"Aku mencintaimu"

Dera tersenyum lebar. "Aku mencintaimu juga."

Gerald tersenyum lebar dan lalu melambaikan tangan kepada Dera sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan pekarangan rumah, berjalan menyusuri jalan komplek hingga akhirnya pergi menghilang dari pandangan.

Yes, Mr Billionaire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang